PARBOABOA, Medan – Invasi yang dilakukan Israel di Rafah, Gaza Selatan semakin meluas. Sebelumnya tentara Israel melemparkan bom melalui udara ke wilayah itu.
Setelah itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memerintahkan dilakukannya serangan darat ke Rafah. Alasannya karena Rafah adalah benteng terakhir kelompok militan Hamas.
Setelah dikeluarkannya perintah itu, pasukan Israel berhasil merebut perbatasan Rafah yang merupakan pintu masuk utama bantuan kemanusiaan di Gaza.
Semakin brutalnya aksi yang dilakukan Israel ini sebenarnya sudah dilarang oleh hampir seluruh negara di dunia. Namun, larangan itu seperti tak diindahkan oleh Benjamin Netanyahu.
Dilansir dari CNBC News, Kamis (09/05/2024) beberapa gambar memperlihatkan Israel Defence Forces (IDF) melakukan aktivitas di luyar daerah perbatasan antara Mesir dan Gaza.
Terlihat juga beberapa bangunan telah dihancurkan oleh buldozer dan kini didiami oleh banyaknya kendaraan IDF. Sebagian pasukan IDF juga menembus ke dalam wilayah kantong palestina dari penyeberangan Rafah.
Terlihat juga warga yang berlarian sambil berlumuran darah atau bahkan tidak sadarkan diri mencoba menuju rumah sakit Al Kuwait. Anak-anak pengungsi Palestina juga terlihat panik, tanpa orang tua dan penuh luka.
Sementara itu, ketika serangan Israel pertama kali dilakukan di Rafah, kelompok Hamas sudah menyetujui perjanjian gencatan senjata di Gaza yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir.
Namun, dengan adanya serangan Israel yang masih belum berhenti hingga saat ini membuat kelompok Hamas menolak untuk melanjutkan kesepakatan gencatan senjata.
Dilansir dari AFP, Pejabat Hamas, Osama Hamdan menggelar konferensi pers di Kairo ketika hendak melanjutkan perundingan gencatan senjata.
“Kami menegaskan, bila Israel melakukan operasi militer di Rafah, maka tidak akan menjadi piknik bagi tentara Israel,” tegas Osama Hamdan dalam konferensi pers tersebut, dikutip dari AFP.
Proposal gencatan senjata usulan Mesir dan Qatar sebagai mediator yang disetujui oleh Hamas merupakan upaya minimum untuk menanggapi tuntutan rakyat dan perlawanan kelompok militan Palestina itu.
“Keputusan ada di tangan Benjamin Netanyahu,” tegas Osama Hamdan lagi.
Saat ini, bukan hanya serangan dan invasi yang dilakukan Israel, melainkan menutup jalur masuk bantuan kemanusiaan ke Palestina.
“Rafah dulunya dan ke depan akan tetap menjadi perlintasan murni Mesir-Palestina,” ujar Osama Hamdan.
Israel melalui kantor Perdana Menteri menyatakan tidak menerima perjanjian gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir karena tidak sesuai dengan persyaratan penting yang diajukan sebelumnya.
Walau begitu, Israel tetap mengirimkan perwakilannya dalam negosiasi gencatan senjata lanjutan yang berlangsung di Kairo, Mesir.
Tak hanya Hamas yang dibuat menolak dari gencatan senjata oleh Israel. Akan tetapi, Amerika Serikat juga menghentikan pengiriman senjata ke Israel. Hal ini dikarenakan aksi perluasan invasi di Gaza ke wilayah Rafah yang dilakukan Israel.
Walaupun Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mengeluarkan ultimatum kepada Israel akan tetapi serangan sampai saat ini belum juga berhenti.
“Saya telah menyatakan secara jelas dan tegas. Jika mereka pergi ke Rafah, saya tidak akan lagi memasok senjata yang digunakan untuk menyerang,” tegas Joe Biden, dikutip dari CNN.
Presiden Amerika Serikat itu mengaku jengkel kepada Perdana Menteri Israel yang terus menggunakan bom dan senjata yang dikirim untuk melukai masyarakat sipil.
“Invasi ke Rafah itu salah. Kami tidak akan melakukannya. Kami tidak akan memasok senjata dan peluru artileri,” tegas Joe Biden lagi.
Menurut Pentagon, Amerika Serikat telah menghentikan pengiriman senjata dan peluru ke Israel. Hal itu berkaitan dengan operasi militer di Rafah tanpa ada rencana untuk melindungi penduduk sipil.
Pemerintah AS sendiri saat ini sedang meninjau potensi penjualan atau transfer amunisi lainnya ke Israel.
Pernyataan yang dikeluarkan Joe Biden ini menjadi bentuk pengakuannya bahwa Amerika Serikat selama ini memasok senjata ke Israel untuk menyerang penduduk Palestina, khususnya Gaza.
Walau begitu, Joe Biden mengatakan penghentian pengiriman senjata tidak berarti AS meninggalkan Israel. Namun, untuk meminta Israel menghentikan invasi ke Rafah, kota yang lebih dari satu juta warga sipil berlindung dari serangan bom dan darat IDF.