parboaboa

Ketahui Masa Emas Pencegahan Stunting pada Anak

Aprilia Rahapit | Kesehatan | 26-01-2024

Ilustrasi. Pentingnya orangtua memahami masa emas tumbuh kembang anak demi mencegah stunting. (Foto: PARBOABOA/Aprilia Rahapit)

PARBOABOA, Jakarta - Orangtua sudah seharusnya mengetahui pen pentingnya pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) berkualitas tinggi, khususnya yang kaya protein hewani, demi mencegah stunting pada anak.

Hal itu dibahas dalam memperingati Hari Gizi Nasional ke-64 tahun 2024, dengan tema “MPASI Kaya Protein Hewani”, Kamis (24/1/2024).

Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lovely Daisy, menekankan periode kritis dalam pencegahan stunting terjadi saat bayi berusia 6-23 bulan. Sebab, di usia tersebut prevalensi stunting meningkat secara signifikan. 

Ia pun menyarankan agar orangtua untuk memperkuat upaya pencegahan stunting selama fase tersebut, terutama dengan pengenalan MPASI pada bayi yang berusia 6 bulan, atau di saat ASI saja tidak lagi mencukupi.

Protein hewani, seperti daging, ikan, ayam, dan telur, dianggap penting karena kandungan gizi yang lengkap, termasuk protein dan vitamin yang esensial untuk pertumbuhan anak. 

Sebuah penelitian yang melibatkan 130.432 anak di 49 negara menunjukkan bahwa rendahnya asupan protein hewani, sangat berhubungan dengan stunting. 

Studi ini juga menemukan bahwa konsumsi beragam protein hewani dapat mengurangi risiko stunting dibandingkan hanya mengonsumsi satu jenis saja.

Selain itu, riset di Jakarta Pusat juga menunjukkan bahwa anak-anak yang mengonsumsi makanan rendah energi dan protein berisiko lebih tinggi mengalami stunting

Lovely berharap kesadaran masyarakat akan meningkat tentang pentingnya MPASI berkualitas untuk pertumbuhan optimal anak dan pencegahan stunting. Stunting menjadi masalah besar dalam kesehatan karena beberapa alasan kunci:

Pengaruh Jangka Panjang pada Pertumbuhan dan Perkembangan

Stunting, yang ditandai dengan pertumbuhan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia, secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Anak-anak yang mengalami stunting seringkali memiliki kinerja lebih rendah dalam hal perkembangan motorik dan kognitif.

Dampak Kesehatan Jangka Panjang

Stunting tidak hanya mempengaruhi anak dalam masa kanak-kanak, tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang. Ini dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan di kemudian hari, termasuk obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan kondisi kesehatan kronis lainnya.

Pengaruh pada Pendidikan dan Produktivitas

Anak-anak yang mengalami stunting seringkali menghadapi kesulitan dalam pendidikan, yang dapat mempengaruhi keterampilan dan produktivitas mereka sebagai dewasa. Hal ini berkontribusi pada siklus kemiskinan dan kesehatan yang buruk.

Masalah Kesehatan Masyarakat dan Ekonomi

Stunting mencerminkan masalah gizi yang lebih luas dalam suatu masyarakat, sering kali terkait dengan kemiskinan dan ketidaksetaraan akses terhadap nutrisi yang baik dan layanan kesehatan. Ini menimbulkan beban bagi sistem kesehatan dan ekonomi suatu negara.

Ketahanan Tubuh yang Lemah

Anak-anak yang stunting cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, meningkatkan risiko infeksi dan penyakit.

Isu Inter-Generasi

Stunting dapat menjadi masalah intergenerasi. Ibu yang mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk melahirkan anak yang juga mengalami stunting, sehingga menciptakan siklus yang sulit dipecahkan.

Karenanya, pencegahan stunting melalui intervensi gizi, pendidikan kesehatan, dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan merupakan prioritas utama dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan pembangunan manusia secara global.

Editor : Aprilia Rahapit

Tag : #stunting    #anak    #kesehatan   

BACA JUGA

BERITA TERBARU