PARBOABOA, Pematangsiantar - Membangun 68 Camp tak pernah masuk dalam list impian Charles Sidabutar (29) sebelumnya.
Tapi siapa sangka, berbekal kecintaannya pada seni bela diri, ia memberanikan diri membuka sebuah Perguruan Judoka Kungfu bernama 68 Camp, tepat April 2024 lalu.
Sebagai informasi, Perguruan Judoka Kungfu merupakan salah satu perguruan seni bela diri tertua di Pematangsiantar yang berdiri sejak 1983.
Dengan usia yang terbilang tua, upaya mewariskannya tentu menjadi langkah krusial. Hal tersebut yang dipikirkan Charles.
68 Camp bukan hanya tempat bagi atlet bela diri untuk meningkatkan keterampilan, tetapi juga meneruskan aktivitas perguruan Judoka Kungfu ke generasi mendatang.
"Kalau nama perguruannya Judoka Kungfu Indonesia, sedangkan klubnya saya beri nama 68 Camp," katanya pada PARBOABOA, Sabtu (8/6/2024).
Charles yang pernah menyabet juara dalam gelaran Judoka Kungfu 2011 di Pekanbaru memotret kurangnya wadah perguruan bela diri di Pematangsiantar.
Hal inilah yang menjadi inspirasi baginya untuk mendirikan 68 Camp, sebuah wadah yang menyediakan fasilitas bagi anak-anak muda untuk latihan bela diri.
Klub yang didirikannya ini beralamat di Jl. Pantai Timur No 23, Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Yang mengagumkan, 68 Camp dibuka secara gratis bagi mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Alasannya, pungkas Charles, karena ia menyadari banyaknya anak muda di Pematangsiantar yang ingin belajar seni bela diri, namun terkendala aspek finansial.
"Saya juga lahir dari keluarga yang kekurangan. Bahkan dulu untuk latihan berenang saja, saya tidak bisa karena tidak ada uang. Jadi sekarang, berhubung ada rezeki, saya buka 68 Camp," ucapnya.
Ia mengatakan, sejauh ini banyak anak yang terbatas secara finansial, tetapi memiliki kekuatan fisik yang tangguh. Maka hal yang perlu dilakukan adalah mengarahkan mereka.
Tujuannya mendirikan 68 Camp bukan untuk mencari keuntungan finansial, tetapi untuk menemukan bakat-bakat atlet seni bela diri di Pematangsiantar.
Bagi orang tua yang mampu, dia menetapkan biaya latihan hanya sebesar seratus ribu rupiah per bulan. Uang tersebut digunakan untuk meningkatkan fasilitas latihan.
"Untuk seragam mereka beli sendiri, saya tidak mau cari keuntungan dari situ," katanya.
Selain untuk meningkatkan fasilitas, uang tersebut juga akan digunakan sebagai akomodasi jika para anggota nantinya mengikuti kejuaraan. Dengan kata lain, uang tersebut sebagai uang kas.
Sebelum mendirikan 68 Camp, Charles telah mempersiapkan peralatan latihan yang diperlukan.
Mimpi-Mimpi Charles
Charles mengisahkan bahwa ketika pertama kali mengajak anak-anak muda di Pematangsiantar untuk bergabung, respons mereka sangat positif.
"Antusiasmenya besar. Banyak juga dari perguruan lain yang ikut berlatih di tempat saya," ujarnya.
Tujuan lain dibangunnya 68 Camp adalah menyediakan alternatif kegiatan bagi anak-anak muda agar terhindar dari kebiasaan negatif, seperti penggunaan narkoba.
Di samping itu, juga untuk mengalihkan minat anak-anak muda yang bergabung dengan komunitas geng motor dan marak membuat keributan di Pematangsiantar belakangan.
"Saya orangnya suka berkelahi. Tapi tidak suka berkelahi memakai alat seperti para geng motor," katanya.
Charles menawarkan alternatif positif bagi geng motor yang ingin bertarung, dengan mengundang mereka berpartisipasi dalam kegiatan yang diatur secara sportif di tempat pelatihan.
Dia menegaskan bahwa situasi di jalanan tidak cocok untuk perilaku agresif.
Charles mengamati potensi yang tersembunyi pada anak muda yang terlibat dalam kerusuhan jalanan.
Mereka, ungkapnya sudah memiliki nyali untuk menggunakan senjata tajam.
Baginya, hal itu menunjukkan keberanian kuat, hanya saja mereka perlu diarahkan ke jalur yang positif.
"Intinya, mau setan pun itu, kalau mau berlatih dengan saya, maka saya akan tetap melatihnya," tegasnya.
Sejauh ini, sudah ada dua orang anggota resmi 68 Camp. Namun, Charles juga melatih sekitar 20 orang lainnya.
Beberapa di antara mereka berasal dari perguruan lain dan telah sering berlatih bersama.
Kebanyakan dari mereka yang sedang berlatih dengannya adalah siswa SMP dan SMA.
Ada banyak orang yang tertarik untuk mendaftar di 68 Club, namun tempat latihan masih dalam tahap renovasi, sehingga Charles belum meminta mereka untuk datang langsung.
Ia menjelaskan kepada mereka bahwa jika serius untuk berlatih, maka mereka dapat menemuinya untuk berkenalan dan menjalin komunikasi.
Hingga kini, sekitar sepuluh orang telah menghubunginya melalui sambungan telepon.
Ada juga tiga perempuan yang telah menghubunginya untuk bergabung.
Charles percaya bahwa nantinya akan lahir atlet profesional dari 68 Camp.
Ia juga mengajarkan kepada mereka untuk tetap rendah hati jika sudah menjadi pemain profesional.
"Semua anggota, saya bantu menjadi atlet. Kedepannya, apakah mereka mau ingat saya atau tidak, bukan masalah," katanya.
Di 68 Camp, Charles tidak hanya melatih keterampilan bela diri. Ia juga membimbing anak-anak dalam meningkatkan fokus dan konsentrasi, serta memberikan pengajaran tentang kepemimpinan.
Dalam hal fasilitas, telah tersedia samsak, matras dan peralatan tarung yang berkualitas.
Terlepas dari bangunan yang sedang dalam proses renovasi, ketersediaan peralatan sesungguhnya telah memenuhi standar.
Charles menceritakan bahwa dirinya telah menghabiskan sekitar 70 juta rupiah untuk membangun 68 Camp.
Nama "68 Camp" sendiri dipilih karena angka enam dan delapan memiliki makna keberuntungan baginya.
Charles lahir pada 6 Agustus, sementara istrinya lahir pada tanggal 8. Angka-angka ini memiliki arti khusus dan ia merasa sangat dekat dengan kedua angka tersebut.
Adapun jadwal latihan di 68 Camp dibuat pukul 18.00 hingga 20.00 setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Bagi yang berminat, pendaftaran juga dibuka secara online melalui akun instagram @68camp.
Charles berharap, 68 Camp mampu berkembang lebih baik ke depan. Dukungan pemerintah, orang tua, dan anggota klub tentu sangat dibutuhkan.
"Harapan saya semoga 68 Camp semakin berkembang," pungkasnya.
Harapan Anggota
Rikardo (15), salah seorang anggota 68 Camp, mengisahkan alasannya bergabung dengan klub ini dikarenakan keinginan untuk untuk mendalami seni bela diri.
"Awalnya, ketertarikan saya pada seni bela diri muncul ketika saya melihat seorang teman bertarung. Saya terinspirasi dan ingin menjadi seperti dia," ungkapnya pada PARBOABOA, Sabtu (8/6/2024).
Ia mengakui, sejak bergabung dengan 68 Camp, banyak hal positif yang diperoleh seperti tubuh yang sehat dan pengelolaan emosi yang lebih matang.
Imman (18), anggota lainnya dari 68 Camp, juga mengungkapkan hal serupa.
"Saya tertarik pada seni bela diri karena membantu menjaga kesehatan tubuh dan memperkuat kemampuan dalam melindungi diri," kata Imman.
Lebih lanjut, ungkapnya, ketertarikan bergabung dengan 68 Camp bermaksud mengasah kemampuannya untuk bersaing dalam kompetisi dan menjadi atlet seni bela diri profesional.
Baik Rikardo maupun Imman berharap agar 68 Camp terus berkembang agar banyak anak yang bisa bergabung, sekaligus menghindari mereka dari kebiasaan negatif bersama geng motor.
Editor: Defri Ngo