parboaboa

Petani Sumut Keluhkan Kenaikan HPP Gabah Tak Kunjung Berbuah Untung

Ari Bowo | Daerah | 04-04-2023

Petani di Medan panen padi organik bersama dengan Kodam I/BB. (foto: PARBOABOA/Ari Bowo)

PARBOABOA, Medan – Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut Gunawan Benjamin menyebut bahwa petani padi Sumatra Utara (Sumut) tak kunjung mendapat untung dari kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah tingkat petani.

Padahal, pemerintah telah menaikkan HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebanyak Rp800 menjadi Rp5 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp4.200.

"Rilis nilai tukar petani (NTP) Sumut oleh BPS pada Senin (3/4/2023) menunjukan bahwa, kenaikan HPP yang sebelumnya ditetapkan Bapanas belum dirasakan petani padi," ujarnya, Selasa (4/4/2023). 

Menurut Gunawan, NTP untuk tanaman pangan di Sumut tengah mengalami kenaikan dari 97,13 menjadi 97,85 atau naik sebesar 0,74 persen.

"Tetapi khusus untuk tanaman pangan padi indeks harga yang diterima oleh petani yang mencerminkan hasil penjualan padi, justru turun dibulan Maret sebanyak 0,34 persen dari 111,69 (bulan Februari) menjadi 111,31 (bulan Maret)," jelasnya. 

Kenaikan HPP gabah petani diharapkan dapat mendorong harga jual padi petani di Sumut. Namun nyatanya, kata Gunawan, kenaikan NTP tanaman pangan lebih didorong oleh kenaikan harga tanaman palawija seperti ubi, jagung, dan kacang.

Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa harga jagung selama bulan Maret 2023 mengalami kenaikan yang signifikan, sehingga indeks harga yang diterima petani palawija naik 3,77% di bulan tersebut.

"Jadi perlu ditelusuri lebih dalam mengapa kenaikan HPP gabah petani yang ditetapkan Bapanas justru belum dirasakan petani padi. Ada banyak sekali kemungkinan mengenai hal tersebut," jelasnya. 

"Bisa jadi perubahan HPP belum disesuaikan di level petani di Sumut, atau petani sudah terlilit hutang diawal sehingga harga diserahkan sepenuhnya ke tengkulak, bisa dikarenakan penurunan produktifitas tanaman, atau masalah lainnya," sambungnya. 

Selain itu, Gunawan pun menyampaikan bahwa nilai tukar petani tanaman hortikultura (NTPH) yang meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat mengalami penurunan indeks. 

"Penurunannya sangat besar 3.33%, di level 86.67 saat ini. Dan semua ini tercermin dari penurunan sejumah komoditas sayur sayuran seperti cabai yang menyumbang deflasi selama bulan maret," terangnya. 

Indeks harga yang diterima oleh petani tanaman hortikultura pada dasarnya masih berada di atas 100 atau tepatnya di 100,16, namun tergerus oleh indeks harga yang harus dibayar oleh petani yang mencapai 115,56.

"Dimana pengeluaran untuk bercocok tanam dan pengeluaran sehari hari masih lebih tinggi dibandingkan dengan hasil panen," pungkasnya.

Editor : Sondang

Tag : #hpp gabah    #bapanas    #daerah    #petani sumut    #pupuk    #het beras    #gunawan benjamin    #berita sumut   

BACA JUGA

BERITA TERBARU