parboaboa

Remaja Putri Menderita Anemia Tembus Angka 30 Persen, Kemenkes Sebut Penyebabnya

Norben Syukur | Kesehatan | 15-06-2024

Ilustrasi Remaja Penderita Anemia (Foto: Instagram @edumiagizi)

PARBOABOA, Jakarta –Sekitar 30 persen lebih remaja putri di Indonesia menderita anemia atau kekurangan sel darah merah.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menilai salah satu penyebab tingginya angka ini karena masalah gizi.

Secara khusus, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbudristek, Iwan SyahrilIa menyoroti gizi pada siswa putri sekolah menengah yang tidak memenuhi standar kesehatan, sehingga  berujung anemia.

Ia menerangkan,dari data mereka miliki menunjukkan bahwa 30 persen lebih remaja putri itu anemia

Ia mengungkapkan anemia pada remaja putri merupakan hal yang harus ditangani secara maksimal.

Sebab jika tidak ditangani dengan baik jelasnya,  dapat berlanjut hingga dewasa dan mempengaruhi kehamilan.

Bayangkan saja angka itu sambungnya, hampir sepertiga potensi kelahiran anak Indonesia bisa stunting "kalau kita enggak betul-betul menangani dengan sangat serius," ujarnya di Jakarta, 13/06/ 2024.

Menyoroti hal yang sama, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Lovely Daisy, mengatakan penyakit anemia pada remaja umumnya disebabkan kekurangan zat gizi mikro yang terdiri atas mikronutrien.

Diantaranya  vitamin dan mineral merupakan kondisi kekurangan zat gizi yang tak terlihat secara kasat mata.

Menurutnya,salah satu dampak kekurangan zat gizi mikro adalah anemia, kurang darah.

Anemia pada remaja lanjutnya, kalau dilihat sebagian besar karena kekurangan zat besi.

Adapun gejala anemia termasuk lemah, lesu, lelah, letih, dan lunglai (5L).

Biasanya baru dapat diketahui saat anemia sudah semakin parah.

Pada usia remaja, anemia berimbas pada konsentrasi belajar siswi yang juga akan menurunkan prestasi belajar.

Lebih lanjut ia mengatakan, jika kita bisa melakukan penanganan anemia pada remaja, maka prestasi belajarnya dan juga prestasi lainnya akan cemerlang.

Produktivitas remaja di masa yang akan datang, “dan juga menyiapkan generasi yang akan datang menjadi lebih sehat," ucapnya.

Daisy mengatakan Kemenkes sedang menggalakkan kegiatan skrining pada remaja putri kelas 7 dan 10 sekolah menengah.

Tujuannya, untuk mengetahui kadar hemoglobin dan memberikan obat penambah sel darah merah demi memperkuat kesehatan.

Apa Itu Anemia?

Disadur dari situs halodok, anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dari normal.

Sel darah merah berperan penting dalam mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Ketika jumlah sel darah merah berkurang dan mengalami gangguan, resikonya tubuh akan mengalami kekurangan oksigen.

Jenis Anemia

Anemia diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, antara lain:

Berdasarkan permasalahan asupan nutrisi

1. Anemia pernisiosa: Salah satu penyebabnya adalah kekurangan vitamin B12, yang disebabkan oleh kondisi autoimun yang menghambat penyerapan vitamin B12 dalam tubuh.

2. Anemia defisiensi besi: Terjadi ketika tubuh kekurangan zat besi yang diperlukan untuk produksi hemoglobin.

3. Anemia megaloblastik: Terjadi akibat defisiensi vitamin, khususnya vitamin B12 dan/atau vitamin B9 (folat), yang mengganggu pembentukan sel darah merah normal.

Hemoglobin, zat dalam sel darah merah, penting dalam membawa oksigen ke seluruh tubuh.

 Berdasarkan adanya kerusakan genetik

1. Anemia sel sabit terjadi karena bentuk sel darah merah yang menyerupai sabit yang kaku dan lengket, menghambat aliran darah.

2. Anemia Fanconi adalah kelainan darah yang jarang terjadi.

3. Anemia Diamond-Blackfan disebabkan oleh kelainan bawaan yang mengakibatkan produksi sel darah merah yang tidak adekuat oleh sumsum tulang.

Berdasarkan adanya kelainan sel darah merah

1. Anemia hemolitik: Keadaan di mana sel darah merah rusak atau mati lebih cepat dari biasanya.

2. Anemia aplastik: Terjadi ketika sel-sel induk di sumsum tulang tidak memproduksi sel darah merah dengan cukup.

3. Anemia hemolitik autoimun: Kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel darah merah.

4. Anemia sideroblastik: Terjadi karena kurangnya produksi sel darah merah dan kelebihan zat besi dalam tubuh.

5. Anemia makrositik: Sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang lebih besar dari biasanya.

6. Anemia mikrositik: Kondisi di mana sel darah merah memiliki hemoglobin yang kurang, sehingga ukurannya lebih kecil dari biasanya.

7. Anemia normositik: Jumlah sel darah merah berkurang dan hemoglobin tidak mencapai jumlah normal.

Penyebab Anemia

1. Penggunaan obat-obatan tertentu.

2. Proses eliminasi yang lebih cepat dari biasanya pada sel darah merah karena masalah kekebalan tubuh.

3. Riwayat penyakit kronis seperti kanker, ginjal, rheumatoid arthritis, atau kolitis ulserativa.

4. Kelainan genetik pada sel darah merah seperti thalasemia atau anemia sel sabit.

5. Kehamilan.

6. Gangguan pada sumsum tulang seperti limfoma, leukemia, myelodysplasia, dan multiple myeloma.

Gejala Anemia

Gejala yang umum meliputi kelelahan yang cepat, kulit pucat, dan sensitivitas terhadap suhu dingin. Gejala lain dapat mencakup:

- Mudah marah.

- Sakit kepala.

- Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir.

- Sembelit.

Jika berlanjut ke tahap yang lebih parah, gejala yang dapat muncul termasuk:

 1. Mata dapat menunjukkan tanda-tanda berwarna biru hingga putih.

2. Kuku menjadi rapuh.

3. Timbul keinginan untuk mengkonsumsi es batu, tanah, atau benda-benda non-makanan (dikenal sebagai "pica").

4. Pusing saat berdiri.

5. Kulit mungkin menjadi pucat.

6. Napas terasa sesak.

7. Lidah dapat mengalami rasa sakit.

Editor : Norben Syukur

Tag : #Penderita Anemia    #Kemenkes    #Kesehatan    #Sel Darah Merah    #Kemendikbudristek    #Gizi   

BACA JUGA

BERITA TERBARU