PARBOABOA, Jakarta - Pemerintah Indonesia akan segera merealisasikan pembentukan bank Bullion di Indonesia. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut bank ini diperlukan untuk mengelola komoditas emas karena Indonesia mempunyai tambang emas yang sangat besar.
Indonesia merupakan negara penghasil emas terbesar ke tujuh di dunia dengan produksi pada tahun 2020 mencapai 130 ton per tahun atau 4,59 juta ounce.
Bank Bullion atau bank emas merupakan bank yang melakukan transaksi pembelian dan penjualan logam mulia, termasuk emas dan perak. Pembentukan bank tersebut dapat bermanfaat dalam mendukung pengelolaan emas dalam negeri.
Pendirian bank bullion juga diperkirakan akan memberi banyak manfaat bagi pemerintah yakni mendorong penghematan devisa negara karena hasil emasnya bisa disimpan di dalam negeri.
Airlangga menyebut saat ini banyak pemilik emas di Indonesia yang melakukan penyimpanan emasnya di bank emas milik Singapura. Alasannya mulai dari keamanan, hingga sebagian sengaja melakukan penyimpanan di luar negeri untuk menghindari Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
"Indonesia sebagai salah satu produsen emas yang terbesar di Asia, ini tentunya bisa memanfaatkan produksi emas baik dari Grasberg, maupun Lapangan Merdeka sehingga kita tidak perlu memarkir emasnya di bullion bank Singapura," kata Airlangga dalam peluncuran buku Pembiayaan UMKM, Kamis (11/11/2021).
Karena menurutnya dengan menyimpan emas di luar, menimbulkan ketidakefisienan bagi industri karena harus bolak balik menyimpan di Singapura lalu menariknya lagi ke dalam negeri. Selain tidak efisien, hal ini juga membuat ada keuntungan yang 'tercecer' di luar negeri.
Lebih lanjut, Airlangga melihat bank emas sendiri bisa dibentuk dengan memanfaatkan peran Pegadaian. Sebab, menurutnya, Pegadaian sudah punya aset emas yang besar, sehingga tinggal diberi izin untuk menjadi bank emas dan memainkan perannya.
Kendati demikian Airlangga belum membeberkan kapan tepatnya Bank Emas ini akan dibentuk di Indonesia.
Editor: -