PARBOABOA, Jakarta – Museum merupakan salah satu aset negara yang sangat penting. Pasalnya, museum menjadi tempat untuk menyimpan benda-benda bersejarah dan perantara sejarah antar satu generasi ke generasi lain.
Sayangnya, ada sebuah tragedi yang menimpa salah satu museum di Jakarta. Museum Nasional yang terletak di Jakarta Pusat, mengalami kebakaran pada Sabtu (16/9/2023) yang disebabkan karena letupan pendingin ruangan.
Kendati tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut, namun kebakaran mengakibatkan beberapa benda-benda antik di Museum Nasional mengalami kerusakan.
Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) menegaskan kepada aparat terkait untuk menyelamatkan sebanyak mungkin artefak maupun benda bersejarah yang terdampak kebakaran.
Ia meminta kepada pengurus museum dan aparat bekerja sama untuk mencatat kerusakan benda-benda di museum, juga mengamankan benda bersejarah yang tidak rusak.
Sementara itu, Ahmad Mahendra Pelaksana Tugas Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budata (Plt BLU MCB) pada Minggu (17/9/2023), memaparkan bahwa sebagian koleksi yang terbakar ialah replika seperti yang terdapat di bagian prasejarah. Adapun benda-benda yang lainnya dipastikan dalam keadaan aman.
Ia juga menambahkan perihal tutupnya museum untuk sementara waktu demi keamanan dan keselamatan pengunjung. Adapun untuk tiket yang sudah dibeli, maka akan mendapatkan uang pengembalian dan akan diinfokan lebih lanjut oleh pihak museum.
Sejarah Panjang Museum Nasional
Museum Nasional Indonesia, atau yang biasa disebut Museum Gajah merupakan salah satu institusi budaya yang memiliki sejarah panjang di Indonesia.
Museum ini, berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat No. 12, Jakarta Pusat, dan menjadi rumah bagi lebih dari 190.000 koleksi artefak budaya dan sejarah, yang mencakup arkeologi, etnografi, geologi, sejarah dan seni.
Pada mulanya, museum ini didirikan pada 24 April 1778 bersamaan dengan adanya lembaga penelitian Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang didirikan pemerintah Belanda.
Pendiri lembaga tersebut bernama JCM Radermacher yang menyumbangkan koleksi benda-benda budaya dan buku, yang menjadi cikal bakal berdirinya museum ini.
Awalnya, museum ini merupakan sebuah tempat penyimpanan artefak dan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan penjajahan Belanda di Indonesia. Akan tetapi seiring perkembangan waktu, digunakan juga untuk menyimpan karya seni lain.
Hingga pada 1868, museum ini membuka kunjungan untuk masyarakat umum. Pasca kemerdekaan Indonesia pada 1945, museum ini berganti nama menjadi Museum Nasional.
Museum ini menjadi saksi bisu dari perjalanan sejarah panjang Indonesia, dalam hal kekayaan budaya yang luar biasa dari masa lalu dan menjadi pelajaran bagi generasi mendatang.
Editor: Atikah Nurul Ummah