PARBOABOA, Jakarta - Konflik antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh memasuki fase baru dengan adanya gencatan senjata pascaserangan anti-teroris.
Dalam periode gencatan senjata ini, kemungkinan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil semakin terbuka lebar.
Selain itu, evakuasi korban luka di wilayah tersebut terus berlangsung.
Pada hari Sabtu (23/9/2023) sebuah konvoi bantuan dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC) tiba untuk pertama kalinya sejak serangan.
Konvoi ini membawa hampir 70 metrik ton pasokan kemanusiaan, termasuk tepung terigu, garam, dan minyak bunga matahari, melalui koridor Lachin, yang merupakan satu-satunya jalan penghubung dari Armenia ke Nagorno-Karabakh.
Tim ICRC juga melakukan evakuasi medis terhadap 17 orang yang terluka dalam pertempuran tersebut.
Selain itu, pekerjaan sedang dilakukan untuk memulihkan pasokan listrik yang terganggu sejak 24 September.
Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi sesuai dengan ketentuan gencatan senjata, separatis Armenia telah mulai menyerahkan senjata mereka ke Azerbaijan.
Data saat ini menunjukkan lebih dari 800 senjata dan enam kendaraan lapis baja telah diserahkan.
Rusia yang memiliki 2.000 pasukan penjaga perdamaian di wilayah tersebut juga mengirim lebih dari 50 ton makanan dan bantuan lainnya ke Nagorno-Karabakh.
Selama beberapa bulan terakhir, warga Armenia di Nagorno-Karabakh mengalami kekurangan makanan dan bahan bakar akibat blokade de facto yang diberlakukan oleh Azerbaijan.
Pemerintah Azerbaijan ingin mengintegrasikan wilayah Karabakh yang telah lama diperebutkan dan berjanji akan melindungi hak-hak warga Armenia.
Namun demikian, mereka juga menyatakan warga Armenia bebas untuk pergi jika mereka mau.
Kementerian Dalam Negeri Azerbaijan juga mengaku berusaha untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada penduduk sipil Armenia dengan menyediakan tenda, makanan hangat, dan bantuan medis.
Juru bicara kementerian, Elshad Hajiyev, mengatakan mereka juga berupaya menerbitkan dokumen seperti paspor untuk penduduk Armenia yang membutuhkannya.
Sementara itu, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, telah menyiapkan tempat bagi puluhan ribu warga Armenia dari Karabakh, termasuk di hotel-hotel dekat perbatasan.
Namun, ia juga berharap warga tidak akan meninggalkan rumah mereka kecuali jika mutlak diperlukan.