parboaboa

Tiga Kasus Lumpuh Layu Akut Akibat Polio Tipe 2 Terdeteksi di Indonesia, Bagaimana Gejalanya?

Wenti Ayu | Kesehatan | 08-01-2024

Gejala virus Polio Tipe 2 di Indonesia. (Foto:Istock/Mtreasure)

PARBOABOA, Jakarta - Tiga kasus lumpuh layu akut atau acute flaccid paralysis (AFP) akibat virus Polio Tipe 2 di Indonesia ditemukan pada 4 Januari 2024. 

Penyakit ini terjadi karena imunisasi polio yang tidak lengkap dan kondisi malnutrisi. 

Dr. Maxi Rein Rondonuwu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) di Kementerian Kesehatan, menyampaikan bahwa terdapat tiga kasus lumpuh akut yang terjadi di dua provinsi berbeda. 

Dua di antaranya terjadi di Jawa Timur, sementara satu kasus lainnya terjadi di Jawa Tengah.

Kasus pertama melibatkan seorang anak perempuan berusia 6 tahun dari Jawa Tengah yang hanya mendapatkan dua kali imunisasi polio tetes (OPV). 

Kasus kedua melibatkan seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 11 bulan dari Jawa Timur yang memiliki riwayat imunisasi polio yang lengkap, tetapi juga mengalami malnutrisi dan seorang anak laki-laki berusia 3 tahun 1 bulan yang telah mendapatkan 4 kali imunisasi polio tetes dan 1 kali imunisasi polio suntik (IPV).

Apa Itu Kondisi Lumpuh Layu Akut?

Lumpuh layu akut (AFP) adalah kondisi kelumpuhan yang terjadi tanpa penyebab lain pada anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun. 

Kelompok usia ini lebih rentan terhadap penyakit polio, yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio. 

AFP biasanya dikenali melalui lima gejala utama, yaitu kelemahan otot yang cepat berkembang, kelumpuhan, penurunan atau hilangnya refleks, serta demam.

Kondisi AFP ini disebut 'akut' karena kelumpuhan yang terjadi muncul secara tiba-tiba atau progresif dalam waktu 1 hingga 14 hari setelah gejala awal seperti nyeri, kesemutan, atau kebas dirasakan hingga mencapai tingkat kelumpuhan yang maksimal.

Cara Mencegah Penularan Virus Polio

Dokter Maxi menjelaskan bahwa penyakit polio dapat dicegah melalui vaksinasi. Virus Polio dapat menyebar melalui air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus Polio. 

Beberapa faktor risiko penularan virus Polio termasuk cakupan vaksinasi yang rendah, kondisi kebersihan lingkungan yang kurang baik, seperti buang air besar sembarangan di sungai atau sumber air lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Virus Polio dapat dengan mudah berkembang di dalam saluran pencernaan anak yang belum mendapatkan vaksinasi polio atau yang imunisasi polionya tidak lengkap, dan kemudian menyerang sistem saraf anak, menyebabkan kelumpuhan.

Untuk mengatasi dan mencegah penyebaran virus polio, Kemenkes menyarankan empat langkah pencegahan berikut:

  1. Pastikan anak-anak mendapatkan vaksinasi polio secara lengkap sesuai dengan usianya, yaitu 4 kali vaksin polio tetes dan 2 kali vaksin polio suntik sebelum usia 1 tahun.
  2. Pastikan bahwa anak-anak usia 0 hingga 7 tahun di wilayah provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman Provinsi DIY menerima 2 dosis vaksin polio tetes tambahan selama Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) yang berlangsung mulai 15 Januari 2024.
  3. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk buang air besar di toilet dengan septic tank dan cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.
  4. Masyarakat diimbau untuk segera melaporkan kepada petugas kesehatan atau puskesmas terdekat jika menemukan anak di bawah usia 15 tahun dengan gejala lumpuh layu yang tiba-tiba muncul.

Editor : Wenti Ayu

Tag : #polio tipe 2    #gejala polio    #kesehatan    #menkes    #imunisasi   

BACA JUGA

BERITA TERBARU