PARBOABOA – Terkadang dalam kehidupan sehari-hari, beberapa dari kita mungkin pernah mengalami situasi, saat seseorang mencoba memanipulatif atau menyalahkan diri kita sendiri atas suatu hal.
Kondisi ini dinamakan sebagai guilt tripping. Secara umum, guilt tripping artinya situasi ketika seseorang atau sekelompok berusaha mempengaruhi pemikiran dan perasaan kita, dengan melakukan tindakan manipulatif.
Dampak dari tindakan ini cukup banyak, yaitu korbannya dapat merasa bersalah, kebingungan, hingga muncul perasaan tertekan.
Untuk itu, kamu perlu membekali diri dengan memahami dengan benar bagaimana cara mengatasi kondisi ini, guna menghindari perasaan-perasaan bersalah yang berdampak buruk pada kesehatan mentalmu.
Agar memudahkanmu, di bawah ini Parboaboa sudah mengulas secara jelas mengenai guilt tripping, lengkap dengan dampak, contoh, cara mengatasi, hingga ke perbedaannya dengan gaslighting. Yuk simak untuk menambah wawasanmu.
Apa itu Guilt Tripping?
Robin Stern, seorang psikolog yang dikenal lewat karyanya dalam bidang psikologi dan hubungan interpersonal, mengungkapkan penelitiannya tentang konsep perasaan bersalah dan taktik manpitulatif, seperti taktik manipulatif ini.
Dalam hal ini, Stern mengidentifikasi bahwa kondisi ini dapat menciptakan pola komunikasi yang tidak sehat dan merugikan dalam hubungan.
Dia menyoroti bagaimana penggunaan hal ini memanipulasi emosi orang lain, mengendalikan keputusan mereka, dan merusak kepercayaan serta komunikasi yang jujur dan terbuka.
Selain itu Susan Forward, seorang psikolog dan penulis, mendefinisikan guilt tripping artinya usaha untuk mempengaruhi dan memanipulasi orang lain agar merasa bersalah.
Ia memandang, trik manipulatif seperti ini seringkali dilakukan dalam hubungan keluarga atau intim untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Tak hanya itu, Angela Atkinson, seorang penulis dan pembicara tentang kehidupan dan hubungan pribadi, juga menggambarkan situasi ini sebagai strategi manipulatif yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi pikiran dan perilaku orang lain, melalui penyalahgunaan perasaan bersalah.
Dirinya juga menggambarkan tindakan ini adalah bentuk upaya untuk mengendalikan pikiran dan perasaan orang lain dengan memanfaatkan perasaan bersalah yang ditimbulkan.
Secara jelas, guilt tripping adalah sebuah taktik manipulatif yang digunakan seseorang untuk membuat orang lain merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri.
Dalam situasi ini, pelaku akan berusaha mengendalikan pikiran dan emosi kita dengan mengungkapkan kata-kata atau tindakan yang dirancang untuk memicu rasa bersalah.
Trik ini sering digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan agar berperilaku sesuai keinginan mereka.
Contohnya bisa terjadi dalam hubungan personal, seperti dengan pasangan, keluarga, atau teman, maupun dalam situasi sosial atau profesional.
Tujuan utamanya adalah, untuk membuat orang lain merasa bertanggung jawab atau bersalah atas sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi tanggung jawab mereka.
Situasi seperti ini juga dapat dilakukan melalui berbagai tindakan, baik kata-kata yang menyalahkan, perbandingan dengan orang lain, mengancam penolakan, atau mengeksploitasi rasa empati seseorang.
Dampak Guilt Tripping Kepada Korban
Situasi seperti ini dapat memiliki dampak serius kepada setiap korbannya, baik secara emosional maupun psikologis.
Tindakan manipulatif dapat menyebabkan perasaan rendah diri, kecemasan, dan stres berkepanjangan pada individu yang menjadi sasaran. Adapun beberapa dampak utamanya kepada korban adalah:
Perasaan Bersalah yang Berlebih
Dampak pertama dari trik muslihat ini yaitu, seseorang dapat merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, bahkan untuk hal-hal kecil yang seharusnya tidak menimbulkan perasaan bersalah signifikan.
Rasa bersalah yang wajar dan sehat dapat membantu seseorang memperbaiki kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakan mereka, tetapi jika berlebih dapat menjadi masalah yang serius.
Namun jika berlebihan, kesejahteraan mental dan emosional seseorang dapat rusak. Kondisi ini dapat memicu kecemasan, depresi, stres, dan merusak kepercayaan diri.
Dikarenakan rasa bersalah berlebihan seringkali sulit untuk dikendalikan sendiri, penting bagi seseorang yang mengalami kondisi ini untuk mencari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental.
Penurunan Kepercayaan Diri
Dampak lainnya yaitu, menurunnya tingkat kepercayaan diri kepada korban. Contoh, ketika seseorang secara terus-menerus disalahkan, dihakimi, atau dimanipulasi, kepercayaan diri mereka akan rusak secara bertahap.
Tindakan akal bulus ini sering digunakan untuk mengontrol orang lain dan membuat mereka ragu-ragu tentang kemampuan mereka, dalam membuat keputusan yang tepat.
Sehingga, korban dapat merasa tidak percaya diri dan enggan untuk mengambil keputusan penting karena takut melakukan kesalahan atau memicu perasaan bersalah lebih lanjut.
Ketergantungan Emosional
Selain itu, korban dari tindakan ini sering kali mengembangkan ketergantungan emosional pada pelaku. Hal ini dapat terjadi karena manipulasi emosional yang terus-menerus dilakukan oleh pelaku.
Tujuannya untuk memanipulasi korban agar mengembangkan keterikatan emosional yang kuat pada mereka.
Dengan begitu, mereka akan merasa bahwa pelaku adalah sumber utama dukungan, validasi, atau cinta, dan mereka tidak ingin kehilangan koneksi tersebut.
Contoh Guilt Tripping
Berikut adalah beberapa guilt tripping contoh yang dapat memberikan gambaran tentang bagaimana taktik manipulatif ini dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari:
1. Ketika pasanganmu mengatakan, "Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu akan melakukan apa pun yang aku minta,” mereka mencoba memanfaatkan rasa cinta untuk memaksa pasangan melakukan sesuatu yang mungkin tidak mereka inginkan atau tidak nyaman.
2. Seorang teman berkata, "Aku sudah begitu baik padamu, tapi kamu tidak pernah menghargai atau menghormatiku,” mereka menggunakan perasaan bersalah untuk membuat teman merasa buruk dan memenuhi keinginan mereka.
3. Guilt trip orang tua yaitu "Kamu selalu membuatku sedih dengan perilakumu. Jika kamu benar-benar peduli padaku, kamu akan berubah," mereka menggunakan perasaan bersalah untuk mencoba mengendalikan anak dan membuat mereka merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orangtua.
4. Ketika seorang atasan berkata kepada bawahannya, "Kamu sering membuat kesalahan dan menyebabkan proyek ini gagal. Apa yang akan klien pikirkan tentang perusahaan kita?" mereka menggunakan perasaan bersalah untuk menyalahkan bawahan dan membuat mereka merasa bertanggung jawab atas kegagalan yang sebenarnya mungkin bukan sepenuhnya tanggung jawab mereka.
5. Seorang saudara mengatakan kepada saudara lainnya, "Aku selalu memberimu apa yang kamu inginkan, tapi kamu tidak pernah mengurus dirimu sendiri. Kamu membuat hidupku sulit," mereka menggunakan perasaan bersalah untuk membuat saudara merasa bersalah dan bergantung pada mereka.
Itulah beberapa contoh umum dari taktik manipulatif ini untuk diwaspadai. Di samping, jika pasangan atau orang tuamu mengatakan hal demikian, tidak selalu perkataan tersebut merupakan tindakan manipulatif. Pastikan untuk tetap memilah dan memahami makna dari istilah gaul ini.
Cara Mengatasi Guilt Tripping
Agar terhindar dari perasaan-perasaan bersalah karena tindakan manipulatif ini, berikut beberapa cara mengatasi guilt tripping yang dapat kamu terapkan:
1. Kesadaran akan Manipulasi
Penting untuk mengenali taktik dan menyadari bahwa kamu sedang dimanipulasi. Kenali pola perilaku manipulatif yang digunakan oleh pelaku untuk membuat kita merasa bersalah.
2. Pertimbangkan Niat dan Tanggung Jawab
Evaluasilah apakah kamu benar-benar bertanggung jawab atas situasi yang menyebabkan perasaan bersalah.
Jika kamu menyadari bahwa tanggung jawab tersebut tidak sepenuhnya menjadi milikmu, jangan biarkan taktik buruk ini mempengaruhi dirimu.
3. Tetapkan Batasan yang Sehat
Guna mengatasi perlakuan manipulatif ini, identifikasi batasan-batasan yang jelas dan komunikasikan dengan jelas kepada pelaku.
Pastikan kamu memahami dan mempertahankan hak-hak pribadi dirimu tanpa merasa bersalah.
4. Tingkatkan Kepercayaan Diri
Tingkatkan kepercayaan dirimu dengan menghargai kualitas dan prestasi positif kamu. Fokus pada kemampuan dan mengenali bahwa dirimu berhak atas kebahagiaan dan pemenuhan pribadi.
5. Komunikasi yang Efektif
Jika kamu menghadapi situasi manipulative dari seseorang, berbicaralah secara jujur dan terbuka kepada pelaku. Sampaikan batasan dan perasaan kamu dengan tegas, namun dengan sikap yang tenang dan sopan.
6. Cari Dukungan dari Orang Lain
Berbicaralah dengan teman dekat, anggota keluarga, atau profesional kesehatan mental yang dapat memberikan perspektif dan dukungan yang objektif.
Mendapatkan sudut pandang dari orang lain dapat membantumu melihat situasi dengan lebih jelas.
7. Meningkatkan Pemahaman
Terakhir, untuk mengatasi perlakuan tipu muslihat ini, temukan kekuatan dan ketangguhan dengan memperdalam pemahaman tentang taktik manipulatif ini.
Dengan memperkuat diri sendiri, kamu dapat menolak upaya-upaya manipulatif dan membangun pertahanan yang kokoh terhadap pengaruh negatifnya.
Perbedaan Guilt Tripping dan Gaslighting
Setelah memahami istilah satu ini, selanjutnya kami akan memberikan perbedaannya dengan gaslighting. Acap kali, beberapa orang menyamakan kedua istilah ini padahal memiliki makna yang berbeda.
Meskipun keduanya melibatkan upaya untuk mempengaruhi pikiran dan emosi seseorang, ada perbedaan guilt tripping dan gaslighting.
Perbedaannya adalah, ketika seseorang dengan sengaja mencoba memanfaatkan perasaan bersalah seseorang untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku mereka, ini disebut sebagai guilt tripping.
Biasanya, kondisi ini melibatkan menekankan kesalahan atau kegagalan seseorang, mengungkit masa lalu atau mengungkapkan kekecewaan untuk memaksa orang tersebut melakukan apa yang mereka inginkan.
Contoh-contoh umumnya termasuk seperti "Apa yang kamu lakukan membuatku sangat kecewa" atau "Jika kamu benar-benar peduli padaku, kamu akan melakukan ini."
Di sisi lain, gaslighting adalah ketika seseorang dengan sengaja membuat orang lain meragukan realitas mereka sendiri.
Kondisi ini melibatkan manipulasi informasi, pengabaian atau pengingkaran fakta, atau bahkan memberikan informasi palsu dengan tujuan untuk membuat seseorang merasa tidak stabil dan tidak yakin tentang persepsinya sendiri.
Gaslighting seringkali bertujuan untuk menguasai dan mengontrol seseorang dengan menghapus keyakinan mereka, mengubah memori mereka, atau membuat mereka meragukan kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang baik.
Contoh gaslighting termasuk mengatakan hal-hal seperti "Itu tidak pernah terjadi, kamu hanya mengkhayal" atau "Kamu selalu salah, kamu tidak bisa dipercaya."
Secara umum, perbedaan kedua istilah ini terletak pada tujuan utama dari masing-masing taktik tersebut.
Guilt tripping bertujuan untuk mempengaruhi seseorang melalui perasaan bersalah, sementara gaslighting bertujuan untuk meragukan realitas seseorang.
Meskipun keduanya merupakan bentuk manipulasi emosional yang tidak sehat dalam hubungan, gaslighting sering dianggap lebih ekstrem dan merusak karena dapat menyebabkan perubahan fundamental dalam persepsi seseorang terhadap diri mereka sendiri dan dunia di sekitarnya.
Demikianlah artikel tentang arti guilt tripping, lengkap dengan dampak, contoh, dan bagaimana cara mengtasinya. Ingatlah bahwa mengatasi taktik manipulative ini membutuhkan waktu dan upaya yang konsisten.
Fokus pada pemulihan dirimu sendiri dan prioritaskan kesejahteraan pribadi. Jika diperlukan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional untuk mendukungmu dalam proses ini.
Editor: Ester