PARBOABOA, Jakarta - Dalam kurun waktu tiga bulan sejak perang antara Israel dan Palestina berkecamuk, tercatat 79 jurnalis telah kehilangan nyawa mereka.
Hal itu disampaikan Committee to Protect Journalists (CPJ) dalam laman resminya pada Senin (8/1/2024).
CPJ menyebut, tragedi ini menandai salah satu periode paling mematikan bagi para wartawan sejak 1992.
“Selama lebih dari tiga dekade mendokumentasikan kematian jurnalis, CPJ belum pernah melihat kekerasan sebesar ini,” tulis CPJ dalam keteranganya.
CPJ juga menyebut, kekerasan ini berdampak pada kemampuan jurnalis untuk mengumpulkan berita dan menyampaikan informasi kepada publik.
"Wartawan di Palestina menghadapi risiko yang sangat tinggi saat mereka mencoba meliput agresi Israel ke Palestina," tulis CPJ.
Tak hanya itu, agresi militer ini juga mengancam hak dasar manusia untuk menerima dan menyampaikan informasi, sebagaimana dijamin oleh Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
CPJ Tekankan Pentingnya Perlindungan Jurnalis
Di tengah konflik ini, CPJ menekankan pentingnya melindungi jurnalis sebagai warga sipil.
Seruan ini mencakup perlunya transparansi dan kepatuhan terhadap hukum humaniter internasional oleh semua pihak yang bertikai, termasuk Israel dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
“IDF harus mengikuti aturan keterlibatan yang ketat untuk menghindari penargetan jurnalis dan pembatasan akses media,” tulisnya.
Selain perlindungan fisik, akses ke informasi dan kemampuan untuk melaporkan juga harus dijaga.
Hal ini berarti, harus dipastikan bahwa layanan internet dan seluler tetap berfungsi, serta memberikan akses kepada organisasi berita internasional ke wilayah konflik seperti Gaza.
CJP juga menuntut pihak Israel untuk menghentikan pola impunitas yang sudah lama ada dalam kasus jurnalis yang dibunuh oleh IDF dan menyelidiki semua serangan terhadap jurnalis selama perang yang sedang berlangsung.
“Kasus-kasus seperti pembunuhan jurnalis Reuters Issam Abdallah memerlukan penyelidikan transparan dan cepat, sejalan dengan standar internasional,” tulisnya.
Terbaru, Dua Jurnalis Palestina Tewas Akibat Bom Israel
Ada dua jurnalis Palestina tewas akibat serangan udara oleh drone milik tentara Israel. Tragedi ini terjadi pada Minggu (7/1/2024) di kota Rafah, Jalur Gaza selatan.
Jurnalis yang menjadi korban ialah Hamza al-Dahdouh, jurnalis dari jaringan Al-Jazeera, dan Mustafa Thuraya, kolaborator Agence France-Presse.
Mereka tewas ketika mobil yang mereka tumpangi menjadi target serangan.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengkonfirmasi kematian kedua jurnalis ini, menyampaikan kabar duka tersebut kepada dunia.
Hamza al-Dahdouh, selain terkenal karena pekerjaannya dengan Al-Jazeera, juga dikenal karena akun Instagramnya yang diikuti oleh lebih dari satu juta orang.
Di sana, dia sering membagikan buku harian perang, mendokumentasikan realitas kehidupan di bawah konflik.
Sedangkan Mustafa Thuraya, videografer berusia tiga puluhan, telah bekerja dengan Agence France-Presse sejak 2019, serta dengan beberapa media lainnya.
Atas kejadian itu, Agence France-Presse meminta ‘koordinat’ serangan yang tepat, dan kepada meminta tentara Israel mencari klarifikasi atas insiden yang merenggut nyawa dua jurnalis tersebut.
Kematian kedua jurnalis Palestina ini menambah daftar panjang jurnalis yang menjadi korban dari perang yang berlangsung selama tiga bulan ini.
Tak hanya jurnalis, perang di Jalur Gaza juga telah menyebabkan 22.835 warga Palestina tewas dengan korban terbanyak adalah perempuan dan anak-anak.
Editor: Atikah Nurul Ummah