PARBOABOA, Jakarta - Kasus campak di benua Eropa belakangan ini mengalami peningkatan yang signifikan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kasus penyakit campak naik hingga 45 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Trend peningkatan ini terjadi dalam beberapa bulan terakhir, dengan lebih dari 30 ribu kasus dilaporkan antara Januari dan Oktober tahun lalu, meningkat dari hanya 941 kasus sepanjang 2022.
Sementara, Rusia dan Kazakhstan juga mencatat lonjakan kasus campak, masing-masing melaporkan 10.000 kasus sejak awal tahun hingga Oktober 2023 lalu.
Dari total kasus di Eropa, sekitar 21.000 mengharuskan rawat inap, dan terdapat lima kematian akibat penyakit ini.
Menurut Direktur Regional WHO untuk Eropa, Dr. Hans Kluge, dua dari lima kasus terjadi pada anak-anak berusia antara satu dan empat tahun, sementara satu dari lima terjadi pada orang dewasa di atas 20 tahun.
Kluge mengingatkan bahwa jika masyarakat tidak melakukan vaksinasi anak-anak, tren ini diperkirakan akan terus memburuk.
"Semua negara harus siap mendeteksi dengan cepat dan merespons wabah campak tepat waktu," ujar Kluge, dikutip dari Medical Express, Sabtu (27/1/2024).
Menurut Kluge, campak bukanlah penyakit ringan. Selain dapat menyebabkan komplikasi serius, campak dapat mengakibatkan cacat seumur hidup dan bahkan kematian.
Penyakit ini dapat mempengaruhi paru-paru dan otak, menyebabkan pneumonia, meningitis, kebutaan, dan kejang.
WHO menyatakan bahwa penurunan tingkat vaksinasi adalah salah satu penyebab utama dari lonjakan kasus campak.
Faktor lain melibatkan perjalanan internasional setelah pembatasan COVID-19, meningkatkan risiko penularan penyakit lintas batas.
Di Eropa, tingkat vaksinasi dosis pertama vaksin MMR mengalami penurunan dari 96 persen pada tahun 2019 menjadi 93 persen pada 2022.
Dosis kedua juga turun dari 92% menjadi 91%. Sekitar 1,8 juta bayi di wilayah WHO Eropa tidak menerima vaksinasi campak antara 2020 dan 2022.
Penyebaran virus yang semakin cepat dan meluas ini menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada laporan mengenai lonjakan kasus campak di Indonesia.
Ia mengimbau bahwa penyakit campak sangat menular dan umumnya menyerang anak-anak. Namun, beberapa kasus juga melibatkan orang dewasa, terutama pada individu yang belum mendapatkan vaksin campak.
Imunisasi melalui vaksin kombinasi campak-gondok-rubella (MMR) merupakan langkah pencegahan yang efektif.
Vaksin ini dapat diberikan kepada anak-anak dengan rentang usia antara 12 bulan hingga 12 tahun, memberikan perlindungan tidak hanya terhadap campak tetapi juga gondok, rubella, dan varicella.
Satu dosis vaksin MMR terbukti efektif mencegah campak hingga tingkat 93%. Tingkat efektivitas ini dapat ditingkatkan menjadi 97% apabila individu menerima dua dosis imunisasi MMR.
Dengan vaksinasi yang tepat dan tepat waktu, kita dapat bersama-sama mengurangi risiko penyebaran campak di masyarakat.
Waspadai Gejala Campak
Penyakit campak merupakan kondisi yang dapat menyebar melalui berbagai cara, termasuk batuk, bersin, dan kontak langsung dengan cairan dari saluran pernapasan yang keluar melalui hidung atau tenggorokan penderita.
Virus campak dapat tetap aktif dan menular di udara atau di permukaan benda yang terinfeksi selama dua jam. Penularan virus ini dapat terjadi dari empat hari sebelum munculnya ruam hingga empat hari setelah ruam tampak.
Menurut WHO, gejala awal penyakit campak biasanya dimulai dengan demam tinggi sekitar 10-12 hari setelah terpapar virus.
Gejala ini dapat berlangsung selama 4-7 hari. Selanjutnya, muncul gejala lain seperti hidung meler, batuk, mata merah, berair, dan bintik-bintik putih kecil di dalam pipi pada tahap awal.
Setelah beberapa hari terpapar virus campak, ruam akan muncul di bagian atas tubuh, terutama area wajah dan leher bagian atas.
Selama sekitar tiga hari, ruam akan menyebar dan akhirnya mencapai tangan dan kaki. Durasi ruam adalah lima sampai enam hari, kemudian akan memudar. Secara rata-rata, gejala ruam muncul 14 hari setelah terpapar virus campak.