parboaboa

Perpustakaan Mini di Nagapitu: Alternatif Membaca di Era Digitalisasi

Juli Sitompul | Daerah | 27-10-2023

Perpustakaan mini di Kelurahan Nagapitu, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara sepi pengunjung. (Foto: PARBOABOA/Juli Sitompul)

PARBOABOA, Pematang Siantar - Rendahnya minat baca masyarakat, terutama terhadap bacaan fisik masih menjadi masalah besar di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara.

Perpustakaan yang ada di kota itu pun masih belum mampu meningkatkan minat baca masyarakat.

Hal itu tergambar saat PARBOABOA berkunjung ke salah satu perpustakaan mini di Kelurahan Nagapitu, Kecamatan Siantar Martoba yang sangat sepi pengunjung.

Padahal di perpustakaan mini itu terdapat seribu koleksi buku yang terdiri dari berbagai genre dan jenis buku. Mulai dari buku untuk anak-anak hingga buku filsafat dan keagamaan.

"Semua buku yang ada di perpustakaan ini adalah buku pinjam pakai dari Dinas Pengarsipan dan Perpustakaan Pematang Siantar," kata Lurah Nagapitu, Sahara Sinaga kepada PARBOABOA.

Perpustakaan mini di Kantor Kelurahan Nagapitu, Kecamatan Siantar Martoba. (Foto: PARBOABOA/Juli Sitompul) 

Namun, ada sedikit kekecewaan dari Sahara terhadap keengganan masyarakat di Nagapitu berkunjung ke perpustakaan mini di kelurahan.

Apalagi sebelumnya, ia sempat bersurat ke Dinas Arsip dan Perpustakaan untuk melengkapi koleksi buku di perpustakaan mini.

"Jadi yang tadinya kami jor-joran terus bersurat dan meminta ke Dinas Arsip dan Perpustakaan Pematang Siantar untuk melengkapi buku yang ada di sini jadi kurang semangat," keluhnya.

Sahara juga mengakui ada sekolah untuk anak usia dini atau PAUD di Nagapitu, yang harapannya orang tua di sana bisa memanfaatkan koleksi bacaan dari perpustakaan mini sembari menunggu anak-anak mereka pulang sekolah.

Hanya saja, kebanyakan orang tua siswa itu lebih memilih membaca melalui ponsel mereka karena lebih nyaman.

"Saya tidak menyangkal fakta tentang perkembangan teknologi ini membuat banyak orang lebih memilih untuk membaca dari handphone, karena lebih praktis", ungkapnya.

Adanya tantangan tersebut tidak menyurutkan keinginan Sahara dan tim Kelurahan Nagapitu untuk terus berusaha mempromosikan perpustakaan mini dan menarik minat baca masyarakat.

"Di perpus ini ramenya kalau ada acara di kelurahan, jadi (pemikiran orang) sudahlah daripada enggak ngapa-ngapain mending masuk ke perpus dan membaca, mungkin itulah pemikiran mereka," ungkap Sahara.

Perpustakaan mini di Kantor Kelurahan Nagapitu sepi pengunjung. (Foto: PARBOABOA/Juli Sitompul) 

Di perpustakaan mini itu, Sahara juga memperbolehkan masyarakat membawa pulang buku untuk dibaca. Warga hanya perlu melampirkan KTP sebagai syarat membawa buku ke rumah.

Ke depan, Sahara berencana meningkatkan koleksi buku di perpustakaan ini untuk mendorong minat baca masyarakat yang telah lama menjadi perhatian, termasuk di Pematang Siantar.

“Saya mau kantor lurah itu bukan hanya tempat untuk mengurus administrasi saja, tapi juga sebagai wadah untuk menambah pengetahuan dan menampung kreativitas masyarakat," imbuh dia.

Salah seorang warga Nagapitu, Juniati mengapresiasi tersedianya perpustakaan mini di kantor kelurahan, meski buku-buku yang sesuai keinginannya belum tersedia.

"Bagus juga kalau ada perpustakaan di kantor kelurahan, tapi saya lebih suka membaca buku dari handphone karena lebih praktis daripada harus pergi ke kantor kelurahan terlebih dahulu," katanya.

Meski begitu, Juni, begitu ia akrab disapa akan memanfaatkan perpustakaan mini tersebut dengan meminjam buku di sana.

Juni juga berharap agar lebih banyak buku atau novel yang disediakan di perpustakan mini milik Kelurahan Nagapitu.

Editor : Kurniati

Tag : #perpustakaan nagapitu    #pematang siantar    #daerah    #minat baca rendah    #perpustakaan mini    #berita sumut   

BACA JUGA

BERITA TERBARU