PARBOABOA – Sistitis adalah salah satu jenis infeksi saluran kemih (ISK) yang merupakan peradangan pada dinding kandung kemih.
Pada dasarnya, penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Namun solusi terbaik adalah dengan mengambil langkah medis jika sering mengalaminya atau saat gejalanya terlihat cukup parah.
Mengutip dari Journal Better Health Channel, sistitis adalah penyakit peradangan pada kandung kemih. Sistitis disebabkan oleh adanya infeksi bakteri escherichia coli (e.coli) dalam urine seseorang.
Sekitar 40% kasus ini seringkali dialami oleh para kaum hawa berusia diatas 65 tahun. Sebab, para wanita memiliki uretra yang lebih pendek dan lebih mudah dijangkiti oleh bakteri yang dapat menyebabkan sistitis.
Meski tidak berbahaya dan tidak menular, namun penyakit ini bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius.
Jika dibiarkan begitu saja, sistitis bisa menyebabkan ISK yang dapat merambat ke ginjal dan menimbulkan komplikasi yang lebih berbahaya.
Lantas, sebenarnya apa itu sistitis dan bagaimana cara mencegahnya? Simak uraian selengkapnya dalam artikel berikut ini!
Apa Itu Sistitis?
Mengutip dari laman resmi Health Direct, sistitis adalah kondisi infeksi pada kandung kemih yang umumnya disebabkan oleh bakteri yang telah masuk ke dalam urin.
Penyakit ini termasuk jenis infeksi saluran kemih yang paling sering terjadi, terutama pada wanita. Biasanya, penyakit sistitis terjadi ketika bakteri yang biasanya tidak berbahaya dan hidup di kulit atau usus masuk ke dalam uretra dan kandung kemih.
Bakteri ini kemudian menempel pada lapisan kandung kemih, menyebabkan peradangan dan iritasi. Sistitis dapat menyerang siapa saja, namun lebih sering terjadi pada wanita.
Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa wanita memiliki uretra yang lebih pendek dan lebih dekat dengan anus, sehingga memudahkan bakteri untuk masuk ke dalam kandung kemih.
Banyak perempuan akan mengalami infeksi saluran kemih paling tidak sekali seumur hidup. Meskipun dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan, Sistitis bukanlah penyakit yang berbahaya atau menular, dan tidak dapat ditularkan kepada pasangan saat berhubungan seks.
Namun, jika tidak diobati, infeksi dapat menyebar lebih jauh ke dalam saluran kemih dari kandung kemih dan mencapai ginjal. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala sistitis dan mencari pengobatan yang tepat saat gejalanya muncul.
Jenis-jenis Sistitis
Secara umum, terdapat lima jenis sistitis dalam istilah medis, di antaranya:
1. Sistitis Bakteri
Salah satu jenis sistitis adalah sistitis bakteri. Jenis ini paling umum terjadi saat bakteri memasuki kandung kemih melalui uretra dan menyebabkan iritasi pada dinding kandung kemih.
Sistitis disebabkan oleh adanya bakteri Escherichia coli (E. coli), yang biasanya hidup di dalam usus.
2. Sistitis Akibat Obat
Beberapa jenis obat tertentu, seperti kemoterapi atau obat imunosupresan, dapat menyebabkan iritasi atau peradangan pada kandung kemih. Hal tersebut dapat mengakibatkan sistitis yang disebabkan oleh efek samping obat.
3. Sistitis Radiasi
Sistitis radiasi adalah kondisi peradangan pada kandung kemih yang disebabkan oleh terapi radiasi yang diarahkan ke area panggul atau kandung kemih.
Radiasi dapat merusak jaringan sehat di sekitar kandung kemih dan menyebabkan peradangan serta gejala sistitis.
4. Sistitis Akibat Benda Asing
Jenis ini dapat terjadi jika seseorang menjalani pengobatan yang melibatkan penggunaan kateter, stent, atau instrumen endoskopi lainnya.
Bakteri dapat memasuki uretra melalui pemasangan atau pengangkatan kateter atau stent, atau kerusakan akibat prosedur tersebut dapat menyebabkan peradangan.
5. Sistitis Kimiawi
Sistitis kimia terjadi ketika bahan kimia tertentu menyebabkan iritasi atau peradangan pada kandung kemih. Dalam hal ini, sistitis adalah peradangan kandung kemih yang disebabkan oleh beberapa bentuk pengobatan, seperti agen kemoterapi.
Selain itu, sistitis kimiawi juga dapat berkembang akibat paparan sabun, spermisida, gel, atau pewarna tertentu.
Gejala Sistitis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih yang disebabkan oleh infeksi bakteri e.coli. Adapun beberapa gejala sistitis adalah sebagai berikut:
- Buang air kecil terus menerus
- Sensasi terbakar atau nyeri saat buang air kecil.
- Kencing berbau tidak sedap.
- Kencing keruh.
- Air kencing bercampur darah
- Inkontinensia urin .
- Rasa sakit di sekitar kemaluan.
- Nyeri saat berhubungan seks.
- Kram di punggung bawah atau perut bagian bawah.
- Kelelahan.
- Demam.
- Perubahan mental atau kebingungan (lebih sering terjadi pada mereka yang berusia 65 tahun ke atas).
Penyebab Sistitis
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa sistitis adalah penyakit yang kerap disebut sebagai infeksi saluran kemih. Penyebab sistitis bisa bervariasi, seperti:
- Penggunaan beberapa jenis obat tertentu.
- Paparan beberapa zat kimia yang dapat ditemukan dalam produk seperti sabun berbusa dan spermisida.
- Beberapa kondisi medis seperti batu ginjal atau diabetes.
- Gangguan prostat.
- Penggunaan kateter urin.
- Terapi radiasi yang digunakan dalam pengobatan tertentu.
Diagnosis Penyakit Sistitis
Dokter atau tenaga medis yang merawat kamu dapat mendiagnosis penyakit sistitis, dengan menggunakan berbagai cara, di antaranya:
1. Urinalisis
Pemeriksaan urin ini melibatkan penilaian visual, kimia, dan mikroskopis dari sampel urin kamu. Dokter atau tenaga medis akan memeriksa sampel urin untuk melihat apakah terdapat sel darah merah, sel darah putih, atau bakteri.
2. Kultur Urin
Kultur urin membantu dokter atau tenaga medis untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang ada di dalam sistitis akut. Hal ini membantu kamu menentukan antibiotik yang paling efektif untuk mengobati infeksi bakteri.
3. Ultrasonografi (USG)
USG sistitis adalah jenis tes pencitraan non-invasif yang memungkinkan dokter atau tenaga medis untuk melihat dengan rinci kandung kemih atau komponen lain dalam saluran kemih.
4. CT Scan
CT scan pada sistitis adalah tes pencitraan non-invasif yang menghasilkan gambar tiga dimensi (3D) dari kandung kemih dan saluran kemih.
5. Sistoskopi (Cystoscopy)
Sistoskopi melibatkan penggunaan alat khusus yang disebut sistoskopi untuk melihat ke dalam kandung kemih kamu melalui uretra.
Biasanya, dokter atau tenaga medis akan menggunakan gel pembius agar kamu tidak merasakan nyeri di uretra.
Pengobatan Penyakit Sistitis
Pada kasus sistitis ringan, seringkali tidak perlu pengobatan khusus. Namun, jika gejala terus berlanjut selama lebih dari 4 hari, disarankan untuk mencari bantuan medis.
Dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi. Penting untuk mengikuti anjuran dokter dan mengambil antibiotik sesuai petunjuk yang diberikan.
Biasanya, kamu akan merasakan perbaikan gejala dalam waktu 1-2 hari setelah mulai minum antibiotik. Selain itu, penggunaan obat seperti parasetamol atau ibuprofen juga dapat membantu mengurangi gejala demam dan ketidaknyamanan.
Beberapa tips lain yang dapat membantu mengatasi sistitis adalah dengan minum air yang banyak, hindari hubungan seksual selama proses pengobatan, dan mengompres perut bagian bawah dengan air panas.
Pencegahan Penyakit Sistitis
Adapun beberapa langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit sistitis adalah sebagai berikut:
- Disarankan untuk tidak menggunakan sabun atau produk lain yang mengandung bahan pewangi tambahan di sekitar organ vital.
- Selalu jaga kebersihan yang baik sebelum dan setelah berhubungan seks.
- Jangan menunda buang air kecil.
- Pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik.
- Pada wanita, bersihkan area kelamin dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil atau buang air besar.
- Kosongkan kandung kemih setelah berhubungan seks.
- Hindari penggunaan alat kontrasepsi diafragma.
- Kenakan pakaian dalam berbahan katun.
- Hindari pemakaian celana yang terlalu ketat.
- Minumlah cukup air mineral, sekitar 2 liter per hari.
- Saat menyeka, lakukan dari depan ke belakang.
- Gunakan pelumas saat berhubungan seks.
Dalam kesimpulannya, sistitis adalah penyakit yang tidak berbahaya dan tidak menular. Namun,jika gejala sistitis tak kunjungi membaik setelah pengobatan atau terjadi berulang, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Editor: Juni