parboaboa

Kisah Alpin Arapli, Pemuda Jasinga yang Manfaatkan Limbah Kayu Bekas Jadi Omzet Puluhan Juta

Hari Setiawan | Ekonomi | 22-07-2023

Suasana rumah Alpin Arapli di Jasinga, Bogor yang dijadikan tempat pengolahan limbah kayu bekas menjadi kerajinan tangan dengan omzet puluhan juta rupiah. (Foto: PARBOABOA/Hari Setiawan)

PARBOABOA, Bogor - Di tangan seorang Alpin Arapli, pemuda asal Kampung Kalong Sari, Desa Kalongsawah, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini, limbah kayu bekas yang tidak terpakai diubah menjadi kerajinan tangan yang dapat menghasilkan omzet puluhan juta rupiah.

Ide memanfaatkan limbah kayu-kayu bekas ini baru terpikirkan oleh pemuda berusia 28 tahun ini saat awal pandemi COVID-19 melanda Indonesia, atau sekitar Maret-April 2020.

Saat itu Alpin melihat banyaknya limbah kayu bekas yang tidak terpakai dan terbengkalai. Bersama teman sejawat, keluarga dan tetangga sekitar rumahnya, Alpin pun tergerak bergerak memanfaatkan peluang besar tersebut.

"Kesuksesan saya ini bermula saat era Pandemi COVID-19 ya, awal tahun 2020. Saya melihat peluang besar tanaman hias pada masa itu. Kemudian di pikiran saya, apa bisa limbah kayu juga dibuat bernilai? Dari situ lah saya tergerak untuk membuat kerajinan tangan," katanya kepada PARBOABOA, saat diwawancara di kediamannya, Sabtu (22/07/2023).

Kerajinan tangan dari limbah kayu bekas yang ia buat bersama tim kecilnya itu mulai dari meja, kursi, rak tanaman hias, rak kompor, rak sepatu, rak TV, dan lainnya. Harga yang ditawarkan Alpin pun bervariasi, mulai dari Rp35 ribu hingga ratusan ribu rupiah.

"Saya bersama tim menjual hasil kerajinan tangan sekitar Rp35 ribu hingga ratusan ribu," ungkapnya.

Dari situ, Alpin dan timnya mengaku bisa mendapatkan omzet hingga Rp45 juta. Alpin pun menggunakan dua metode penjualan, luring dan daring. Saat pandemi, penjualannya lebih banyak dihasilkan dari penjualan daring di marketplace. Bahkan ada dua akun yang mengkoordinir penjualan limbah kayu tersebut.

"Di kampung itu bisa ya hanya secara manajemen saja yang kurang. Penjualan secara online melalui marketplace. Di situ kita mempunyai 2 akun yang bernama Al Barkah Gallery dan Margada Store. Kita mempekerjakan tetangga, kawan hingga saudara saya. Perkiraan ada 16 orang. Sebulan bisa mendapatkan Rp45 juta ya, itu yang paling ramai," jelasnya.

Alpin mengaku, bisnisnya masih berjalan saat ini dengan pemasaran hingga ke seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Papua, Kalimantan, Riau dan lain-lain.

Hanya saja kadang tidak semua bisnis berjalan lancar. Kendala-kendala juga pernah ditemui Alpin dalam mengembangkan penjualan limbah kayu bekasnya. Salah satu kendala yaitu mengubah pola pikir pemuda lain di kampungnya yang selalu ingin mendapatkan hasil yang lebih besar.

"Kebanyakan kendala yang sering saya alami yaitu pemuda kebanyakan pengen hasil yang besar, sedangkan ini adalah bisnis yang dimulai dari nol. Jadi harus sabar. Susahnya mengubah mindset pemuda," ungkap dia.

Alpin Arapli (28), pemuda yang sukses mengolah limbah kayu bekas menjadi kerajinan tangan bernilai jual tinggi. (Foto: PARBOABOA/Hari Setiawan) 


Di balik kendala tadi, Alpin selalu berharap bisnis limbah kayunya berkembang lebih luas dan mampu mempekerjakan karyawan yang lebih banyak lagi.

"Harapan saya ke depan bisa berkembang lebih luas bisnis saya ini, sehingga bisa membuka lapangan kerja lagi. Ke depan saya mau berdayakan lagi kerajinan tangan dari bambu menjadi sebuah kerajinan tangan khas masyarakat Jasinga," imbuh Alpin Arapli.

Tidak hanya itu, Alpin juga dilirik oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dengan diikutsertakan ke beberapa pameran.

"Pemerintah setempat mengapresiasi pergerakan saya ini hingga dilibatkan di beberapa pameran bersama beberapa kabupaten di Indonesia," katanya.

Sementara itu, Ahmad Syahrul, tim pengemasan yang juga karyawan Alpin Arapli mengaku pengolahan limbah kayu bekas harus ditekuni dengan sabar, baru bisa membuahkan hasil. Syahrul bahkan bisa melanjutkan kuliah dengan menjadi karyawan Alpin.

"Ini bisnis sabar ya, karena hasilnya akan besar jika kita tekun. Alhamdulillah bisnis ini membuat saya bisa melanjutkan sekolah ke Strata 1," ungkapnya.

Syahrul berharap bisnis yang digeluti Alpin bisa lebih besar dengan menambah cabang di Indonesia.

"Saya harap bisnis ini bisa menambah lagi ya cabangnya di Indonesia, sehingga omzet penjualannya pun bisa bertambah dan lebih maju," harapnya.

Editor : Kurniati

Tag : #alpin arapli    #limbah kayu bekas    #ekonomi    #pengerajin kayu    #bogor   

BACA JUGA

BERITA TERBARU