PARBOABOA - Jika dilihat dari permukaan bumi, awan tampak seperti gumpalan putih super lembut, mirip seperti kapas. Benda langit ini nyatanya terbentuk dari ribuan hingga jutaan butiran air yang mengembun di atmosfer.
Bentuknya seringkali berubah. Bahkan pada beberapa momen, awan dapat meniru entitas yang ada di bumi. Mulai dari benda, hingga makhluk hidup.
Geraknya terkadang cepat karena tertiup angin dan terkadang berdiam diri seolah nyaman berada di bentang langit yang luas. Sering juga terlihat bertumpuk, antara awan cerah dan gelap, seperti ada jarak antara masing-masing awan.
Nah, secara ilmu klimatologi, ternyata awan memiliki banyak jenis. Lalu pada salah satu jenis berdasarkan tingginya, terdapat awan yang dapat memberikan dampak cuaca dan lingkungan secara signifikan, yaitu awan cumulonimbus.
Secara etimologi, nama ‘cumulonimbus’ berasal dari bahasa Latin "cumulus" yang berarti tumpukan dan "nimbus" yang berarti hujan.
Maka tak heran jika awan ini sangat dibenci oleh pilot penerbangan. Pasalnya, awan cumulonimbus sering dikaitkan dengan cuaca buruk, termasuk hujan lebat, petir, kilat, dan bahkan badai petir yang dapat membuat pesawat mengalami turbulensi maupun icing.
Mengutip jurnal Cumulonimbus Clouds and Related Weather Phenomena at Targu-Mures, Romania oleh Rusz Ottilia (2014), pengertian awan Cumulonimbus (Cb) adalah jenis awan yang tergolong dalam kelompok awan kumulus, yang berkembang secara vertikal di atmostfer.
Fase matang pada awan ini ditandai dengan turunnya suhu udara, hembusan angin kencang, dan hujan bercurah tinggi yang disertai oleh guntur.
Lantas, bagaimana ciri-ciri awan cumulonimbus dan seperti apa proses pembentukannya? Untuk memahaminya, berikut adalah pembahasan mengenai cumulonimbus lengkap dengan jenis beserta dampaknya.
Ciri-Ciri Awan Cumulonimbus
Dikenal sebagai raja awan, cumulonimbus tidak hanya menampilkan kecantikan visual, tetapi juga membawa bersamaan cuaca ekstrem yang dapat merubah suasana dari cerah menjadi mendung dalam sekejap.
Dilansir dari Geography Point, berikut adalah beberapa ciri-ciri awan comulonimbus.
1. Tumbuh Secara Vertikal
Awan Cumulonimbus memiliki struktur yang menjulang tinggi dan vertikal, membentang melalui beberapa lapisan atmosfer.
Awan ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 18.000 meter. Ketinggian tersebut memungkinkan cumulonimbus membentuk aneka fenomena cuaca ekstrem.
Menurut UK Met Official, semakin tinggi puncak cumulonimbus, maka semakin besar pula peluang turunnya hujan es. Hal ini disebabkan, suhu atmosfer maupun suhu di dalam awan dipengaruhi oleh tingkat kedudukannya dari permukaan laut. Semakin tinggi, maka semakin rendah suhunya.
2. Tebal dan Gelap
Ciri-ciri awan cumulonimbus dapat ditandai dari warna dasarnya abu-abu, gelap, dan bertekstur padat, yang biasanya terletak di ketinggian rendah.
Dasar awan tampak berwarna abu-abu hingga abu-abu tua, menunjukkan adanya tetesan air yang terkondensasi dan kemungkinan kristal es. Ketebalan awannya dikaitkan dengan arus naik yang kuat dan potensi cuaca buruk.
3. Memiliki Struktur Majemuk
Awan cumulonimbus memiliki struktur yang kompleks dan majemuk. Mereka memiliki beberapa lapisan atau tingkatan yang berbeda, yang terdiri dari awan-awan cumulus di bagian bawah, kemudian struktur seperti batang di tengah atau atas awan.
Awan pada bagian atas menyebar secara horizontal dalam bentuk landasan yang mirip seperti jamur.
Kemunculan landasan ini disebabkan oleh pertemuan awan dengan lapisan atmosfer yang stabil di ketinggian, sehingga menyebabkan pertumbuhan vertikal awan menjadi terbatas. Landasan dapat terlihat dari jarak jauh, terbawa oleh angin tingkat atas.
Keberadaan awan ini bisa dilihat dari permukaannya yang memiliki penampakan seperti bulu atau kapas, yang disebut 'incus'.
4. Membawa Cuaca Ekstrem
Awan cumulonimbus seringkali berhubungan dengan cuaca ekstrem. Mereka dapat menyebabkan hujan lebat yang bisa mengakibatkan banjir, petir dan kilat yang menghasilkan suara dan cahaya yang kuat, serta badai petir yang dapat membahayakan keselamatan.
Badai petir yang sering terkait dengan cumulonimbus juga dapat menciptakan fenomena cuaca seperti puting beliung dan tornado.
5. Memiliki Periode Waktu
Penelitian menunjukkan bahwa awan cumulonimbus memiliki periode hidup sekitar 1 hingga 2 jam.
Kemudian, durasi hujan yang dihasilkan oleh cumulonimbus umumnya hanya berlangsung sekitar 20 menit.
6. Membawa Dampak terhadap Lingkungan
Meskipun awan cumulonimbus bisa memberikan hujan yang penting untuk pertumbuhan tanaman, tetapi dalam beberapa kasus, hujan yang terlalu lebat yang dihasilkan oleh awan ini dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir dan longsor.
Selain itu, kilat yang disertai badai petir dapat menyebabkan kebakaran hutan dan kerusakan pada struktur manusia.
Jenis-Jenis Awan Cumulonimbus
Ada beberapa jenis awan cumulonimbus yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik fisik dan perilaku mereka. Berikut penjelasannya.
1. Calvus
Awan cumulonimbus calvus memiliki penampilan yang imposan dengan puncak yang berbentuk bulat dan berbatasan tegas. Mereka seringkali terlihat seperti gunung atau menara awan, serta dapat menghasilkan hujan dengan intensitas tinggi, dan petir.
2. Capillatus
Cumulonimbus capillatus memiliki puncak yang melebar dan seringkali berbentuk seperti payung atau kapas yang terpisah. Mereka menunjukkan pertumbuhan vertikal yang kuat dan dapat mencapai lapisan atmosfer yang lebih tinggi. Awan ini dapat disertai oleh hujan lebat, kilat, dan badai petir.
3. Incus
Cumulonimbus incus memiliki puncak yang mendatar dan berbentuk seperti payung yang membentang. Mereka mengindikasikan bahwa awan telah mencapai tropopause dan menyebarkan ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi. Awan incus sering terkait dengan badai petir yang kuat dan cuaca ekstrem.
4. Pileus
Pileus adalah jenis awan cumulonimbus yang membentuk tutupan datar pada puncak awan di bawah tropopause. Ini terjadi ketika udara naik cepat melewati puncak awan, mendinginkan dan membekukan tetesan air di sana. Pileus biasanya terlihat seperti topi awan dan dapat membentuk dengan cepat.
5. Tuba
Tuba merupakan formasi raksasa yang berbentuk tabung dan memanjang ke bawah dari awan cumulonimbus. Ini merupakan petunjuk adanya perkembangan awal tornado. Meskipun jarang terjadi, tuba adalah tanda potensial adanya cuaca ekstrem.
6. Mamma
Mamma adalah tonjolan-tonjolan kecil yang menonjol di bagian bawah awan cumulonimbus. Mamma terbentuk akibat turbulensi udara dan dapat memberikan tampilan yang menarik pada awan.
7. Arcus
Arcus adalah awan panjang yang membentang secara horizontal di depan badai cumulonimbus. Ini adalah tanda adanya front cuaca dan bisa terjadi sebelum hujan lebat atau angin kencang yang terkait dengan cumulonimbus.
Proses Terbentuknya Awan Cumulonimbus
Proses terbentuknya awan cumulonimbus merupakan perjalanan yang melibatkan interaksi antara udara hangat, uap air, dan dinamika atmosfer yang cukup kompleks.
Langkah demi langkah, awan cumulonimbus berkembang dari awan kumulus yang tidak berbahaya menjadi entitas yang kuat dan mampu menghasilkan cuaca ekstrem.
Proses dimulai ketika sinar matahari memanaskan permukaan bumi, terutama di daerah yang lebih hangat. Pemanasan ini menyebabkan udara di dekat permukaan bumi menjadi panas dan naik karena menjadi lebih ringan daripada udara di sekitarnya.
Udara panas yang naik tersebut menciptakan gerakan vertikal yang dikenal sebagai konveksi udara. Udara naik secara terus-menerus membawa uap air bersama-sama ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi.
Uap air yang terangkat kemudian mulai mendingin saat mencapai lapisan atmosfer yang lebih tinggi dan dingin. Kondensasi terjadi saat uap air mengembun menjadi tetesan air mikroskopis, membentuk awan kumulus yang awalnya terlihat seperti gunung kecil dengan puncak putih dan dasar datar.
Jika kondisi atmosfer memungkinkan, awan kumulus dapat terus tumbuh secara vertikal. Udara panas terus naik ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi, dan awan mulai mencapai ketinggian yang lebih besar.
Pada tahap tertentu, awan kumulus dapat mencapai tropopause, batas antara troposfer (lapisan atmosfer bawah) dan stratosfer (lapisan atmosfer atas). Di sini, awan kumulus dapat mengalami pertumbuhan vertikal lebih lanjut, membentuk awan cumulonimbus. Proses kondensasi dan pembekuan tetesan air menciptakan butiran es di dalam awan.
Awan cumulonimbus yang berkembang dengan baik dapat menyebabkan cuaca ekstrem. Proses konveksi yang kuat dapat menghasilkan hujan lebat, petir, dan kilat. Interaksi antara tetesan air dan butiran es dapat menghasilkan muatan listrik yang memicu petir.
Jika kondisi sangat mendukung, cumulonimbus dapat berkembang menjadi badai petir yang membawa hujan, angin kencang, dan bahkan tornado.
Setelah mencapai puncak pertumbuhan, awan cumulonimbus akhirnya menyebar ke samping karena udara di lapisan atas mengalir di sekitarnya. Ini dapat menciptakan puncak awan yang datar atau seperti payung yang dikenal sebagai incus.
Dampak Awan Cumulonimbus
Berdasarkan jurnal Automatic Tracking and Characterization of Cumulonimbus Clouds from FY-2C Geostationary Meteorological Satellite Images oleh Hindawi Journal (2014), di daerah tropis dan garis lintang tengah, awan cumulonimbus (Cb) diasosiasikan dengan konveksi yang intens dan cuaca buruk seperti hembusan angin, curah hujan tinggi, kilat, dan akhirnya hujan es, semburan mikro, dan tornado.
Itulah alasan mengapa kehadiran mereka dapat menimbulkan risiko serius bagi penerbangan dan dapat berdampak pada tanaman dan populasi perkotaan. Karena perubahan cuaca yang cepat pada berbagai skala spasial dan temporal dapat terjadi di dalam dan di dekat awan cumulonimbus.
Selain itu, dampak awan cumulonimbus lainnya adalah hujan curah tinggi yang mengakibatkan banjir dan longsor, serta mempengaruhi kegiatan aktifitas manusia seperti pertanian hingga pelayaran.
Maka dari itu, penting untuk selalu mengamati dan memahami peran cumulonimbus dalam siklus cuaca serta menjaga kewaspadaan terhadap dampaknya yang dapat mencapai permukaan bumi.
Editor: Andre