parboaboa

Pemilih Pemula di Kota Pematang Siantar Rentan Praktik Politik Uang, Pengamat: Gencarkan Pendidikan Politik

Calvin Siboro | Daerah | 18-07-2023

Praktik politik uang atau money politic tidak hanya menyasar pemilih pemula, tapi hampir seluruh pemilih pada umumnya. (Foto: Pexels)

PARBOABOA, Pematang Siantar - Praktik politik uang atau money politic tidak hanya menyasar pemilih pemula, tapi hampir seluruh pemilih pada umumnya.

Hal tersebut disampaikan Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri, ketika dikonfirmasi PARBOABOA terkait ancaman praktik politik uang yang menyasar pemilih pemula di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara di Pemilihan Legislatif 2024 mendatang.

Menurut Aisah, praktik politik uang yang marak di masyarakat terjadi karena adanya cara pandang masyarakat bahwa praktik-praktik seperti bagi-bagi uang dan hadiah merupakan bagian dari pesta demokrasi. Sehingga pemilih menjadi permisif atas politik uang tersebut.

Bahkan, lanjutnya, hasil survei LIPI menunjukkan, sekitar 37 persen responden menerima uang dari peserta pemilu 2019 dan mempertimbangkan untuk memilih si pemberi uang tersebut. Sedangkan ada sekitar 40 persen lainnya mengaku menerima pemberian uang tetapi tidak mempertimbangkan untuk memilih mereka.

“Kecenderungan pemilih untuk menjadi lebih permisif terhadap politik uang tidak hanya spesifik pada pemilih pemula tetapi pada secara umum pemilih pemilu," katanya saat dihubungi PARBOABOA, Selasa (18/7/2023).

Aisah menjelaskan, berdasarkan sudut pandang pemilih, bagi-bagi hadiah atau uang dari kandidat kepada pemilih seperti menjadi bagian dari pesta demokrasi, tanpa kemudian politik uang itu mengikat pemilih untuk harus memilih kandidat itu. Apalagi tidak sedikit pemilih yang tak memilih kandidat yang memberinya hadiah atau uang.

"Pemilu dinilai menjadi momen bagi pemilih untuk mengenal kandidat, sekaligus mendapatkan sesuatu dari mereka secara nyata. Karena itu, ada kecenderungan kemudian pemilih menjadi permisif atas politik uang tersebut," katanya.

Oleh karenanya Aisah mengingatkan pentingnya pendidikan politik kepada pemilih pemula dan hal tersebut menjadi tanggung jawab seluruh pihak, termasuk partai politik, pemerintah, organisasi masyarakat sipil dan juga media.

Minim Pendidikan Politik Sasar Pemilih Pemula

Pengamat politik lain dari Universitas Brawijaya, Andi Setiawan yang menilai praktik politik uang sangat rentan menyasar pemilih pemula, buntut dari minimnya pendidikan politik yang mereka terima.

“Praktik politik uang memang sangat rentan menyerang pemilih pemula. Jumlah pemilih pemula dan minimnya pendidikan politik yang didapatkan menjadi alasan praktik seperti itu menyasar kepada mereka,” katanya ketika dihubungi PARBOABOA.

Andi menegaskan, perlu langkah-langkah konkret oleh pihak terkait untuk mengatasi politik uang terhadap pemilih pemula.

Langkah pertama, kata dia, lembaga pendidikan harus memperkuat kurikulum politik yang mencakup pemahaman mendalam tentang demokrasi, hak dan kewajiban warga negara, serta pentingnya partisipasi aktif dalam proses politik.

Kedua, partai politik dan calon politikus harus memainkan peran yang lebih bertanggung jawab dalam proses politik. Mereka harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya integritas dan etika politik yang baik, serta menolak praktik politik uang yang merugikan demokrasi.

Ketiga, peran media massa juga sangat penting dalam mengedukasi masyarakat tentang praktik politik yang sehat dan memberikan informasi yang objektif. Media harus memainkan peran sebagai pengawas dan penyampai informasi yang netral, sehingga masyarakat dapat membuat keputusan politik yang cerdas dan berdasarkan pada nilai-nilai demokrasi.

“Pendidikan politik tentu berpengaruh misalnya pada aspek bahwa penting untuk menolak politik uang untuk memegang prinsip jurdil (jujur dan adil, red) dalam pemilu dan untuk menekan biaya pemilu yang tinggi," jelas Andi.

Ia menegaskan, pendidikan politik merupakan tanggung jawab bersama, termasuk sosialisasi kepada pemilih pemula juga harus sering dilakukan.

Para pemilih pemula, kata Andi, harus mendapatkan pemahaman bahwa praktik politik uang menjadi faktor utama calon pemimpin terjebak dalam tindakan korupsi. Hal ini juga yang menyebabkan biaya politik yang dikeluarkan politisi tinggi.

“Tugas utama partai politik yakni mencegah adanya praktik tersebut, melalui pendidikan politik para konstituen dan calonnya. Di sisi lain pemerintah juga harus membuat kebijakan yang adil dan merata sehingga praktik-praktik yang pragmatis bisa dicegah," ungkapnya.

Andi juga mengingatkan pentingnya melakukan sosialisasi di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, terutama pemahaman bahwa politik uang adalah bagian dari korupsi yang harus diberantas. Politik uang menjadi penyebab utama calon pemimpin untuk pro kepentingan pribadi dan akan berakibat melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan tingginya biaya politik.

"Jadi harus ada sosialisasi politik bahwa suara konstituen penting guna membawa perubahan dalam pemerintahan,” ujar Andi.

Ia juga berharap pemilih pemula di Kota Pematang Siantar memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya partisipasi politik yang bermartabat.

Melalui pendidikan politik yang kuat, pemilih pemula ini dapat melihat praktik politik uang sebagai ancaman terhadap demokrasi dan masa depan kota ini, serta memilih pemimpin yang berkualitas dan berkomitmen untuk kemajuan bersama, imbuh Andi Setiawan.

Sebelumnya, hasil wawancara PARBOABOA dengan beberapa pemilih pemula di Kota Pematang Siantar terungkap pemilih pemula ini tak segan menerima uang atau hadiah dari bakal calon anggota legislatif (bacaleg) untuk memilih mereka di Pileg 2024 mendatang.

“Kalau aku sih tergantung nanti siapa yang nyiram (memberi imbalan, red) lebih banyak lah. Lumayan kan uangnya bisa buat jajan,” ungkap Sari (bukan nama sebenarnya) seorang siswi di salah satu SMA Negeri Kota Pematang Siantar kepada Parboaboa.

Hal serupa juga diungkapkan Marlina (bukan nama sebenarnya), salah seorang mahasiswi yang tinggal di Jalan Lorong 2 Kota Pematang Siantar.

Marlina tidak mempermasalahkan jika suaranya nanti diberikan kepada politikus yang memberikan uang paling besar kepadanya.

“Karena harus ada timbal balik yang ku dapatkan secara nyata. Tergantung seberapa banyak yang ditawarkan caleg itu lah sama ku,” jelasnya dengan logat Batak.

Selain Sari dan Marlina, ada pula Jordan (bukan nama sebenarnya), seorang mahasiswa di Kota Pematang Siantar yang mengaku Pileg menjadi momennya mendapatkan uang dari para politikus yang bertarung dalam kontestasi politik.

Meski merupakan pemilihan pertamanya, Jordan tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya, materi yang didapatkan dari politikus itu dapat sedikit membantu perekonomian keluarganya.

“Milih yang ngasih duit paling banyak lah bang. Uangnya lumayan bisa untuk beli beras di rumah,” katanya

Editor : Kurnia

Tag : #politik uang    #money politic    #daerah    #pemilu    #pemilih pemula    #pematang siantar    #berita sumut   

BACA JUGA

BERITA TERBARU