PARBOABOA, Jakarta- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi beras sepanjang Januari 2023 mencapai 2,34 persen, lebih tinggi dari inflasi pada Desember 2022 sebesar 2,30 persen.
Hal ini disampaikan Kepala BPS, Margo Yuwono dalam acara rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara Virtual, Rabu (08/02/2023).
“Angka terakhir di bulan Januari 2023 inflasi beras mencapai 2,34 persen ini lebih tinggi daripada Desember sebesar 2,30 persen dan lebih tinggi daripada bulan November yang inflasi berasnya hanya 0,37 persen. Jadi tren harga beras sampai dengan Januari ini mengalami peningkatan,” kata Margo.
Saat terjadi panen raya di bulan Maret 2022, lanjut Margo, produksi beras dengan pergerakan harga memiliki hubungan yang kuat.
Contohnya, pada puncak panen raya tahun 2022 setelah Februari sampai dengan Juli inflasi harga itu rendah bahkan deflasi.
“Artinya bahwa produksi dan harga itu adalah sinyal dan ketersediaan di dalam masyarakat,” ujar Margo.
Berdasarkan data BPS, kata Margo, dapat diprediksi potensi produksi beras di Januari mencapai 1,51 juta ton terus meningkat 3,23 juta ton sampai 5,91 juta ton di bulan Maret.
“Jadi kalau beras masih ada inflasi di bulan Januari dan di Februari meskipun ada sebagian wilayah yang panen 2,23 juta ton tadi tetapi puncak panen raya itu ada di bulan Maret,” kata Margo.
Margo mengatakan, ketersediaan stok beras sangat memberikan andil besar dan menyangkut kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan harga beras terutama di Februari.
Serta bagaimana pengelolaan untuk stok di bulan Maret saat panen raya. Mengingat itu adalah kesempatan pemerintah untuk menjaga ketersediaan beras agar saat tidak panen raya.
Sehingga surplus atau yang melimpah di Maret dapat distribusikan saat produksi mulai berkurang, karena pertanian itu punya pola kapan panen.
“Jadi catatan BPS itu melihat bagaimana perkembangan harga beras dengan potensi panen kita utamanya di bulan maret di 2023. Ini perlu diantisipasi dengan baik supaya pengelolaan stok kita bagus dan kita bisa mengendalikan harga beras itu dari waktu ke waktu,” jelas Margo.
Editor: Betty Herlina