PARBOABOA, Jakarta - Prediksi BMKG pada Selasa (22/8/2023) menyatakan fenomena El Nino dan musim kemarau diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2024. Hal ini membawa dampak serius terhadap sektor pertanian. Ancaman kelangkaan pangan menjadi nyata jika tidak segera ditangani.
El Nino adalah fenomena alami yang terjadi ketika suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur naik di atas rata-rata. Dampaknya adalah perubahan pola cuaca dan iklim di berbagai wilayah dunia.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa pernah menyebut dampak fenomena El Nino bagi Indonesia bisa menurunkan produksi padi hingga 1-5 juta ton. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan juga pernah menyebut bahaya dari El Nino akan menyebabkan harga-harga pangan mengalami kenaikan
PMHP Muda Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Devied Apriyanto Sofyan, mengungkapkan El Nino secara signifikan mempengaruhi sektor pertanian, termasuk keterkaitannya dengan pangan. Kekeringan, gangguan musim tanam, penyakit, hama, penurunan kualitas tanaman, dan ketidakstabilan pasar menjadi potensi dampaknya.
Tanpa mitigasi yang tepat dari pemerintah, Indonesia dapat menghadapi kelangkaan pangan dan kenaikan harga pangan yang berujung pada inflasi.
Achmad Nur Hidayat, pengamat kebijakan publik, dalam keterangan tertulisnya menekankan pentingnya kemandirian pangan lokal sebagai strategi utama dalam menghadapi ancaman perubahan iklim. Langkah ini dapat mendukung ketahanan pangan nasional.
Dia menyebut, Badan Pangan Nasional (Bapanas) memiliki peran sentral dalam menjaga pasokan pangan nasional. Bapanas dapat memastikan pasokan pangan mencukupi setidaknya hingga akhir periode El Nino.
Untuk itu, berbagai strategi nasional perlu diimplementasikan oleh pemerintah untuk memastikan pasokan pangan yang cukup, di antaranya:
Pertama, peningkatan infrastruktur pertanian. Investasi dalam infrastruktur pertanian seperti irigasi, penyimpanan hasil panen, dan pemrosesan makanan akan meningkatkan produksi dan daya tahan terhadap perubahan cuaca.
Selanjutnya, perlu dilakukan pengembangan teknologi pertanian. Pemanfaatan teknologi seperti pertanian berbasis data, sensor, dan penggunaan varietas tanaman tahan kekeringan dapat membantu petani mengatasi tantangan iklim.
Ketiga, adanya pelatihan dan pendidikan yang diberikan kepada petani. Dalam prosesnya, petani akan memperoleh ilmu mengenai praktik-praktik pertanian berkelanjutan dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Hal itu akan menjadi investasi jangka panjang yang penting.
Terakhir dengan pengembangan pasar lokal. Artinya, pemerintah harus membantu petani lokal untuk mengakses pasar yang lebih luas melalui pemasaran yang efisien dan dukungan aksesibilitas.
Kerjasama antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat penting untuk memastikan pasokan pangan yang memadai dan harga yang terjangkau. Dengan demikian, dampak negatif ekonomi dan sosial akibat El Nino dapat ditekan seminimal mungkin.
Dengan implementasi langkah-langkah ini, Indonesia berpotensi mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan, meningkatkan ketahanan pangan, dan menjaga lingkungan sekaligus.
Editor: Umaya khusniah