parboaboa

Pengamat Sosial: Narkoba Jadi Salah Satu Faktor Penyebab Maraknya Begal dan Geng Motor di Medan,  Wali Kota hingga Polisi Janji Berantas 

Ilham Pradilla | Daerah | 04-07-2023

Aksi geng motor saat serang Kompleks Perumahan Tasbi Dua Medan dengan menggunakan Bom Molotov pada 17 Juni 2023 lalu. (Foto: PARBOABOA/Ilham Pradilla).

PARBOABOA, Medan - Maraknya geng motor yang seringkali mengarah pada perbuatan kriminal hingga kejahatan di Kota Medan, Sumatra Utara menuai kritik sejumlah pihak. Kritik tersebut buntut keresahan masyarakat akan tindakan geng motor yang kerap menjurus pada kejahatan begal yang belakangan menelan korban harta dan jiwa.

Pengamat sosial dari Universitas Sumatra Utara (USU), Suryadi menduga penyalahgunaan narkoba menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi maraknya geng motor dan kejahatan begal saat ini. Pasalnya, geng motor di Kota Medan sudah ada sejak tahun 70an, namun belum ada yang berujung pada perbuatan kriminal dan begal.

"Kalau dulu lebih pada status sosial di masyarakat, yang sekarang justru lebih destruktif dan malah menjurus kriminal. Salah satu faktor yang sangat erat adalah makin tinggi pengaruh narkoba," katanya kepada jurnalis PARBOABOA melalui telepon selulernya, Selasa (4/7/2023).

Apalagi, lanjut Suryadi, tingkat peredaran narkoba di Sumatra Utara merupakan yang terbesar di Indonesia. Catatan Badan Narkotika Nasional (BNN) kawasan rawan narkoba di Sumut terbanyak se-Indonesia, yaitu 1.192 kawasan, disusul Jawa Timur 1.162 kawasan dan Lampung 903 kawasan.

"Sumut angka preferensi narkobanya paling tinggi di Indonesia, provinsi paling tidak aman nomor 1 itu Indonesia. Artinya hubungan kausalitas antara pelaku tindakan kriminal dengan narkoba pasti punya hubungan sebab-akibat," jelasnya.

Bahkan, sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat di Kota Medan akan mudahnya mendapatkan narkoba dengan harga yang terbilang ramah di kantong. Sehingga, tingginya peredaran narkotika di Kota Medan memunculkan perbuatan kriminal yang motori oleh komunitas geng motor hingga berujung menjadi seorang begal.

"Fenomena yang muncul adalah tindakan pembegalan yang dilakukan oleh kelompok geng motor," kata Suryadi.

Ia melanjutkan, generasi muda yang ikut geng motor maupun begal juga bisa disebut sebagai korban, terutama dari penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang tersebut. Hanya saja, yang sering ditangkap polisi sejauh ini selalu pengguna dan kurir, bukan bandar atau otak pelaku peredaran narkoba.

"Inikan mereka korban sebenarnya, korban penyalahgunaan narkotika dan bandar tidak pernah disentuh ya. Misalnya pelakunya orang dalam semua, kemudian oknum polisi juga bisa menjadi pengedar narkoba," kata Suryadi mencontohkan kasus peredaran narkoba yang ada di Indonesia.

Ia lantas mengingatkan peran pemerintah daerah, terutama dinas pendidikan untuk kembali mengaktifkan kembali kegiatan sekolah seperti ekstrakurikuler, OSIS, Pramuka dan lainnya untuk menghindarkan generasi muda ini terlibat di komunitas geng motor.

"Kegiatan ekstrakurikuler itu semakin tidak ada. Misalkan kalau dulu pulang sekolah mereka ada kegiatan OSIS, ada kegiatan pramuka, ada kegiatan macam-macam, misalnya drumband, olahraga sekolah. Ini sekarang kan enggak ada seperti itu," ungkap Suryadi.

Masalah Geng Motor dan Begal Kompleks

Sementara itu, Psikolog asal Sumatra Utara Irna Minauli menilai masalah geng motor dan begal tidak bisa dikaji dari satu sisi saja. Menurutnya, masalah geng motor dan begal sangat kompleks, karena menyangkut masalah ekonomi, pendidikan, lingkungan, pengasuhan orang tua dan guru serta lemahnya keamanan.

Irna mengingatkan pemerintah dan aparat keamanan untuk mengkaji mendalam dan mengatasi permasalahan geng motor dan begal untuk bisa menciptakan mimpi Kota Medan menjadi kota yang aman, nyaman dan tentram. Apalagi, lanjut dia, jika seseorang mengalami kesulitan secara ekonomi, sehingga membuat banyak orang menjadi kehilangan akal sehat sehingga cenderung mengambil jalan pintas.

"Hal itu juga berhubungan dengan pendidikan yang rendah membuat mereka mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak dan berfikir sehat karena tuntutan kebutuhan ekonomi," katanya kepada PARBOABOA, Selasa (4/7/2023).

Kemudian, kata Irna, peran orang tua dan guru juga menjadi faktor utama agar anak-anak tidak salah bergaul di lingkungan sekitarnya. Peran orang tua dan guru ini dapat mencegah anak-anak melanggar norma sosial. Apalagi saat remaja mulai memperlihatkan pertemanan yang tidak dikenal, atau teman yang bukan berasal dari sekolah maupun tetangganya.

"Hal itu perlu diwaspadai, terlebih jika usianya lebih tua ditambah ketiadaan peran ayah (fatherless) ditengarai turut menyumbang munculnya masalah kriminalitas. Peran guru sekolah juga perlu mewaspadai siswa yang memperlihatkan kecenderungan berperilaku melanggar aturan seperti membolos sekolah, merokok dan lain sebagainya," tambahnya.

Faktor lain, jelas Irna, yaitu lingkungan yang tidak sehat dan cenderung membuat anak atau remaja nekat melakukan apa saja termasuk perbuatan kejahatan atau kriminalitas.

"Sebuah kelompok, atau geng motor agar seseorang dapat diterima sebagai bagian dari mereka atau gank motor tersebut, mereka perlu membuktikan keberaniannya. Semakin agresif maka sering mendapatkan reward sebagai “jagoan” sehingga mendapat posisi terhormat dalam kelompok tersebut," ungkapnya.

Kemudian kondisi Kota Medan yang tidak aman bisa membuka peluang bagi mereka yang ingin berbuat kejahatan ataupun kriminal dari lingkungan ataupun kelompoknya.

"Lemahnya jaring keamanan di lapangan membuat kejahatan juga semakin meningkat karena membuka peluang para penjahat melakukan aksinya," imbuh Irna Minauli.

Sementara itu, Wali Kota Medan, Bobby Nasution berjanji Kota Medan bebas dari kejahatan begal dan geng motor di 2023. Ia juga mengakui beberapa tahun terakhir aksi begal di Kota Medan kembali marak dan meresahkan warga Kota Medan karena telah memakan korban.

Bobby menyebut akan melibatkan TNI-Polri yang ada di wilayah hukum Kota Medan dan sekitarnya untuk memberantas begal dan geng motor.

"Targetnya tentu hilang ini pasti menjadi target utamanya, bukan kita kurangi tapi harus ditiadakan lagi," tegasnya.

Saat disinggung kapan Medan akan bebas dari begal, Bobby optimistis memberantas begal hingga tuntas tahun ini.

"Artinya 2023 ini Kota Medan hilang dari begal. Kita harus optimistis," jawab Bobby.

Sedangkan Kapolrestabes Medan, Kombes Valentino Alfa Tatareda juga berjanji akan menindak tegas geng motor dan begal.

"Terkait begal, geng motor dan aksi-aksi kejahatan jalanan, kami tetap komitmen untuk menindak tegas segala bentuk kejahatan yang ada," kata Valentino, Selasa (4/7/2023).

Ia juga meminta warga Sumut, khususnya Kota Medan untuk memberikan dukungan kepada polisi dalam melakukan tugas untuk memberantas pelaku kejahatan.

"Tentunya kami perlu dukungan dari segala pihak untuk kegiatan yang kita lakukan. Apa yang sudah kita kerjakan selama ini kita sudah di-back up sama Polda, Pemko dan TNI," kata Valentino.

Ia menambahkan, Polrestabes Medan juga tengah meningkatkan patroli dan penegakan hukum kepada pelaku kejahatan. Bahkan, Valentino telah membentuk tim khusus untuk melakukan penindakan.

"Jadi tentunya kita memaksimalkan itu terus menerus dan kita berharap ada dukungan dari masyarakat," kata dia.

Kapolrestabes juga akan meningkatkan sistem keamanan keliling (siskamling) di setiap lingkungan untuk meningkatkan keamanan di Kota Medan dan sekitarnya. Termasuk akan melakukan penyekatan di sejumlah titik yang rawan ternyata aksi kejahatan.

"Kita akan merancangkan semacam kegiatan di perbatasan, seperti penyekatan yang disampaikan Pak Wali Kota. Ini masih akan kita rapatkan dengan instansi terkait, mungkin itu akan kita berlakukan di Kota Medan," tambah Valentino Alfa Tatareda.

Editor : Kurnia

Tag : #begal    #kejahatan    #daerah    #keamanan    #geng motor    #narkoba    #berita sumut   

BACA JUGA

BERITA TERBARU