Winda | Pendidikan | 18-09-2023
PARBOABOA – Peribahasa adalah suatu kata yang tak terpisahkan dalam dunia bahasa dan sastra. Di dalamnya tersimpan norma-norma dan menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan kearifan suatu masyarakat.
Tidak hanya dalam budaya lokal, peribahasa juga memiliki peran yang penting dalam berbagai budaya di seluruh dunia. Peribahasa menjadi sarana komunikasi yang integral dan efektif, karena berisikan pesan-pesan kebijaksanaan melalui kata-kata yang menarik.
Mengutip dari buku Kamus Peribahasa Indonesia, peribahasa adalah sebuah bentuk komunikasi singkat yang berisi kearifan, panduan perilaku, nasihat, serta prinsip hidup yang sering kali mencerminkan norma budaya dan tradisi.
Selain itu, peribahasa memiliki makna yang sangat bervariasi, tergantung pada konteks dan situasi yang digunakan. Setiap kata menggambarkan situasi atau menyampaikan pesan yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Agar lebih memahaminya, berikut Parboaboa telah merangkum ulasan tentang peribahasa secara lengkap. Yuk, simak sampai selesai ya!
Secara umum, peribahasa adalah suatu rangkaian kata atau kalimat yang tersusun dengan makna khusus, seringkali berisikan perbandingan, nasehat, serta gambaran tentang tingkah laku manusia.
Ungkapan ini kerap digunakan sebagai alat komunikasi untuk memberi wejangan, membuat analogi, atau mengungkapkan kritikan terhadap individu tertentu.
Menurut buku Kamus Peribahasa, peribahasa adalah bentuk ungkapan yang meskipun tidak menyampaikan pesan secara langsung, tetapi secara tersirat mengandung makna yang dapat dipahami oleh pembacanya karena berbagi latar belakang budaya yang serupa.
Melansir dari Jurnal Media Neliti, ada berbagai pengertian peribahasa yang diungkapkan oleh para ahli, seperti:
Kridalaksana (1982: 131) mengatakan bahwa peribahasa adalah bagian dari kalimat atau frasa yang sudah memiliki struktur baku, makna, dan peran yang telah diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat. Peribahasa digunakan untuk memperkaya tulisan atau percakapan, memperkuat pesan dalam tulisan, memberikan nasihat, mendidik, atau memberikan panduan kepada masyarakat untuk bertindak sesuai dengan norma dan etika setempat.
Menurut Kosasih (2012: 18), peribahasa adalah rangkaian kata atau frasa yang memiliki struktur tetap dan sering digunakan untuk menggambarkan suatu maksud tertentu. Dalam sastra klasik, peribahasa merupakan salah satu jenis karya sastra yang masih relevan dalam kehidupan masyarakat saat ini, berbeda dengan mantra, pantun, atau gurindam yang hampir terlupakan.
Menurut Danandjaja (1982: 29-30) dalam studi tentang folklor, peribahasa adalah istilah lain untuk menyebutkan ungkapan tradisional. Sastra lisan ini biasanya memiliki elemen puitis, dilakukan secara berulang-ulang, dengan tujuan memperkuat ingatan dan menjaga keaslian sastra lisan agar tidak berubah. Peribahasa umumnya disampaikan secara lisan dan jarang tertulis.
Pusposaputro (2010: xi) juga menyatakan bahwa peribahasa mencerminkan suatu kondisi lingkungan dan objek-objek tertentu yang umumnya ditemui dalam masyarakat.
Peribahasa adalah suatu alat sebagai bagian dari warisan tradisi lisan, disampaikan melalui lisan. Seperti yang dijelaskan oleh Russel dalam Danandjaya (1982: 28), meskipun ungkapan tradisional adalah milik kolektif, hanya sebagian orang yang secara aktif menguasainya.
Ada beberapa ciri-ciri yang dapat dikenali dalam peribahasa, di antaranya:
Adapun beberapa jenis peribahasa yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:
Bidal adalah bentuk bahasa kiasan dengan susunan kalimat yang tetap. Sebagai contoh, kita dapat mengambil ungkapan "Habis gelap terbitlah terang."
Pepatah adalah kiasan yang disampaikan dalam kalimat yang terstruktur, meskipun terkadang tampak terputus-putus. Pepatah ini sering mengandung nasihat atau ajaran yang berguna, seperti dalam contoh "Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah."
Perumpamaan digunakan untuk menjelaskan perilaku seseorang dengan membandingkannya dengan situasi atau lingkungan sekitarnya. Misalnya, kita bisa menyebutkan "Laksana kera dapat bunga."
Ibarat juga mirip dengan perumpamaan karena melibatkan perbandingan, tetapi ia memasukkan kalimat penjelasan setelah perbandingan. Sebagai contoh, "Bagai karakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau."
Pemeo adalah rangkaian kata yang akhirnya menjadi populer dan sering digunakan sebagai simbol semangat atau semacam perjuangan. Sebagai contoh, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh."
Semboyan terdiri dari sekumpulan kata, kalimat, atau frasa yang digunakan sebagai pedoman atau prinsip dalam suatu situasi tertentu. Contoh termasuk "Rajin pangkal pandai, bersih pangkal sehat, hemat pangkal kaya," serta berbagai peribahasa lainnya.
Terdapat beberapa fungsi peribahasa di bidang bahasa dan budaya mencakup beberapa aspek penting, di antaranya:
Kata kata peribahasa adalah warisan budaya yang berasal dari pengalaman hidup dalam suatu masyarakat.
Mereka berperan dalam mewariskan nilai-nilai, etika, dan kebijaksanaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui peribahasa, budaya lokal dapat dilestarikan dan dipelajari dengan lebih mendalam.
Kata kata peribahasa digunakan untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan, terutama dalam karya sastra. Mereka sering digunakan dalam cerita pendek, novel, dan hikayat, memberikan daya tarik, mengundang minat pembaca, dan meningkatkan kelancaran bacaan.
Peribahasa mengandung pesan-pesan berarti dalam kalimat singkat dan penuh makna. Mereka menggunakan bahasa kiasan untuk menggambarkan situasi atau memberikan nasihat. Dengan peribahasa, pesan yang kompleks dapat disampaikan secara singkat, jelas, dan mudah diingat.
Melalui ungkapan bijak ini, nilai-nilai dan pengalaman yang diwariskan dari generasi ke generasi dapat terwujud dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna mendalam. Berikut ini dijelaskan 10 peribahasa dan artinya:
1. Bagai air dengan tebing
Makna: Sama seperti air yang tak terpisahkan dari sungai, peribahasa Indonesia ini menggambarkan hubungan yang erat atau ketergantungan antara dua hal atau orang.
2. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung
Makna: Ini mengajarkan pentingnya menghargai dan menghormati tempat atau lingkungan di mana kita berada atau orang yang kita temui.
3. Berkat sabar, pandai mendaki pohon tumbang
Makna: Kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan akan membantu kita mencapai tujuan, bahkan dalam situasi yang sulit.
4. Air tenang menghanyutkan, air keruh menjernih
Makna: Ketenangan dan ketenangan bisa menjadi awal dari pemahaman dan pemecahan masalah dalam situasi sulit.
5. Seperti katak di bawah tempurung
Makna: Mengacu pada seseorang yang terlalu terbatas dalam pengetahuan atau pengalaman mereka karena mereka hanya terpapar pada lingkungan yang sempit.
6. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya
Makna: Orang sering mengekspresikan sifat atau perilaku yang mirip dengan orang tua mereka.
7. Seperti anjing dengan kucing
Makna: Menggambarkan hubungan yang buruk antara dua orang yang selalu berselisih atau bertengkar.
8. Sambil menyelam minum air
Makna: Ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan beberapa hal secara bersamaan atau menyelesaikan tugas sambil mengatasi rintangan.
9. Berpisah tiada, beraga tiada
Makna: Mengacu pada hubungan yang sangat erat di antara dua orang atau hal yang sulit dipisahkan.
10. Tak ada gading yang tak retak
Makna peribahasa adalah: Menggambarkan bahwa bahkan orang atau hal yang tampak sempurna memiliki kelemahan atau cacat.
Ungkapan dan peribahasa adalah dua bentuk frasa atau kata-kata yang memiliki makna khusus dalam bahasa. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya:
Demikianlah informasi seputar arti peribahasa, lengkap dengan ciri-ciri, jenis, fungsi, dan contohnya. Setiap jenis peribahasa memiliki keunikan dan penggunaannya sendiri dalam menyampaikan pesan dan nilai-nilai kehidupan.
Editor : Juni
Tag : #bahasa indonesia #peribahasa #literasi #arti peribahasa #peribahasa indonesia #peribahasa adalah